Al-Kulainiy bilang :
مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْحُسَيْنِ عَنْ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي نَصْرٍ عَنْ دَاوُدَ بْنِ سِرْحَانَ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام ) قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ( صلى الله عليه وآله ) إِذَا رَأَيْتُمْ أَهْلَ الرَّيْبِ وَ الْبِدَعِ مِنْ بَعْدِي فَأَظْهِرُوا الْبَرَاءَةَ مِنْهُمْ وَ أَكْثِرُوا مِنْ سَبِّهِمْ وَ الْقَوْلَ فِيهِمْ وَ الْوَقِيعَةَ وَ بَاهِتُوهُمْ كَيْلَا يَطْمَعُوا فِي الْفَسَادِ فِي الْإِسْلَامِ وَ يَحْذَرَهُمُ النَّاسُ وَ لَا يَتَعَلَّمُوا مِنْ بِدَعِهِمْ يَكْتُبِ اللَّهُ لَكُمْ بِذَلِكَ الْحَسَنَاتِ وَ يَرْفَعْ لَكُمْ بِهِ الدَّرَجَاتِ فِي الْآخِرَةِ .
Muhammad bin Yahyaa, dari Muhammad bin Al-Husain, dari Ahmad bin Muhammad bin Abi Bashr, dari Daawud bin Sirhaan, dari Abu ‘Abdillah ‘alaihis-salaam, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi : “Apabila engkau melihat orang yang menyimpang (penimbul keraguan) dan ahlul-bida’ setelahku, maka nampakkanlah sikap bara’ah (berlepas diri) dari mereka; dan perbanyaklah cacian, perkataan jelek, dan celaan terhadap mereka. Tuduhlah mereka dengan kebohongan agar mereka tidak lagi tamak dalam menimbulkan kerusakan pada Islam. Peringatkanlah manusia tentangnya, dan jangan pelajari kebid’ahan mereka. Niscaya Allah akan menuliskan bagi kalian atas hal tersebut kebaikan-kebaikan, dan akan Allah angkat kalian dengannya beberapa derajat di akhirat” [Al-Kaafiy, 2/375].
Kata Al-Majlisiy, riwayat itu shahih [Mir’atul-‘Uquul, 11/77].[1]
Riwayat di atas mengandung pengertian bahwa jika ada seseorang yang dianggap menyimpang dari agama (Syi’ah), disukai untuk memperbanyak celaan, makian, dan tuduhan – meski bohong – demi kemaslahatan agama (Syi’ah).
Dalam tataran praktek, amalan ini ditegaskan dan dianjurkan oleh para pembesar Syi’ah.
Al-Khuu’iy – ulama besar Syi’ah – pernah ditanya :
هل يجوز الكذب على المبدع أو مروج الضلال في مقام الاحتجاج عليه إذا كان الكذب يدحض حجته ويبطل دعاويه الباطلة؟
“Apakah diperbolehkan berdusta atas Ahlul-Bid’ah dan penganjur kesesatan saat berhujjah/berdebat dengan mereka, apabila kedustaan itu dapat membantah hujah mereka dan membatalkan dakwah mereka yang baathil ?”.
Al-Khuu’iy menjawab :
إذا توقف رد باطله عليه جاز
“Apabila hal itu dapat menghentikan dan membantah kebathilan mereka, maka diperbolehkan” [Shiraathun-Najaah, 1/447 – sumber : sini].
Bagi Syi’ah, orang yang dianggap paling menyimpang dan sekaligus musuh bagi agama mereka adalah Ahlus-Sunnah. Khususnya lagi, Wahabiy.
Setelah merenung, saya pun menjadi paham kenapa orang Syi’ah selama ini sangat murah mengumbar dusta terhadap Ahlus-Sunnah. Menuduh antek Amerika lah, antek Zionis lah, dan yang semisalnya.[2]Menjadi paham pula kenapa mereka berani merekayasa sandiwara meninggalnya Al-Buuthiy, merekayasa fatwa MUI, berani berdusta saat KTT Non-Blok, dan berdusta terhadap Asy-Syaikh ‘Adnaan ‘Ar’uur [baca : sini].
Benar, orang Ahlus-Sunnah memang ada yang berdusta, bahkan banyak. Hanya saja bedanya, Ahlus-Sunnah berkeyakinan dusta mereka diancam nereka, sedangkan dusta mereka (Syi’ah) akan meninggikan derajat mereka dan berpahala.
Susah diharapkan.......
Wallaahul-musta’aan.
[anakmuslimtaat’ – perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor - 25091434/03082013 – 16.00].
NB : Saya pribadi yakin seyakin-yakinnya bahwa perkataan yang dinisbatkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan Abu ‘Abdillah rahimahullah dalam riwayat Syi’ah di atas adalah dusta.
[1] Para peneliti Syi’ah menshahihkan hadits ini dan berhujjah dengannya saat menjawab pertanyaan, seperti misal di : http://www.aqaed.com/faq/1857/.
[2] Padahal, sejarah sendiri belum pernah mencatat orang Syi’ah berkonfrontasi secara nyata dan terbuka dengan Amerika dan Israel/Yahudi. Saat orang-orang Yahudi menginvasi bumi Syaam/Al-Quds, siapakah yang aktif melawan mereka ?. Jawab : Ahlus-Sunnah. Dimanakah orang-orang Syi’ah kala itu ?. Entahlah. Saat Israel menyerang Libanon karena ulah Hizbullah pimpinan Hasan Nashrullah, dimanakah mereka saat itu ?. bersembunyi di dalam bunker, dan membiarkan penduduk (yang mayoritas Ahlus-Sunnah) dibombardir.
‘Iraan nyata-nyata mempunyai fasilitas nuklir yang ditengarai membahayakan stabilitas Timur Tengah. Kenapa Amerika tidak menyerang mereka, sementara Amerika sangat cekatan menyerang ‘Iraaq (salah satunya) dengan tuduhan sama padahal tak pernah terbukti ?.