Allah menciptakan makhluk yang luar biasa, dengan ragam pikiran warna, hati, sikap, dan nasibnya. Ada yang baik nasibnya, ada yang cantik, ada yang kaya, ada yang bisnisnya sukses, ada yang lulus universitas terbaik, ada yang punya tangan kuat, pikiran kuat, perasaan kuat, dan juga dukungan kuat, ada yang sering diberi senyuman, ada yang selalu diberi perhatian, ada yang sangat percaya diri, ada yang dikaruniai keberanian untuk bicara di depan umum, ada yang dikaruniai kecerdasan di atas rata-rata, ada yang dikaruniai keterampilan yang tidak dipunyai orang lain, ada yang langsung dapat kerja sehabis lulus kuliah, dan sebagainya. Manusia memang sangat berbeda dengan makhluk Allah lainnya. Kita diistimewakan oleh-Nya.
Asyik, ya, kalau cuma seperti itu, semuanya positif. Bagaimana kalau sebaliknya, manusia juga kan ada yang jelek, ada yang miskin, ada yang bisnisnya bangkrut, ada yang tidak bisa masuk ke universitas unggulan padhaal semua kemampuan sudah dikerahkan, ada yang punya tubuh serba lemah bahkan cacat, ada yang pikirannya tidak setajam pikiran teman dekatnya sendiri, ada yang perasaannya labil, ada yang sering dibenci, ada yang gagal soal berteman, ada yang tidak juga mendapat kerja padahal usia sudah mulai tua,dan sebagainya. Kalau diukur, itu semua negatif kan?
Benar! Tapi justru disitulah letak keistimewaannya. Tidak seperti makhluk Allah yang lain, manusia bisa berpikir, bisa bicara, punya perasaan, dan yang paling penting, manusia adalah makhluk yang bisa bertahan menerima pemberian-Nya, positif atau negatif. Bisa bertahan bukan berarti diam menerima saja ketika mendapat keburukan. Bisa bertahan maksudnya tetap bisa memanfaatkan pemberian Allah walau sejelek dan seburuk apapun menurut pandangan orang lain. Inilah artinya bersyukur. Sebab, sebelum kita menimbang-nimbang tentang pemberian baik-buruk atau positif-negatif, menjadi manusia adalah hal pertama yang memang harus kita syukuri.
Syukur dapat dilihat dari bagaimana cara anda menyikapi yang negatif dari Allah. Kalau ujian datang, anda yang suka bersyukur dapat menghadapi dengan keberanian. Kenyataan pahit akan membuat anda menjadi lebih matang dan lebih dewasa. Rasulullah bersabda, kalau anda sabar, anda pasti sukses. Kalau anda lapang hati, hati anda akan senantiasa teguh dan kokoh. Dan kalau saat ini anda mengalami kesulitan, besok kemudahan akan segera menyertai kesulitan itu. Percayalah!
Bersyukur juga bisa diungkapkan dengan memberikan kembali apa yang diberikan Allah kepada kita. Konon, perbedaan besar antara syukurnya seorang manusia dan syukurnya seekor anjing terletak pada bagaimana keduanya menyikapi pemberian Allah. Anjing menunggu-nunggu pemberian sang majikan. Kalau diberi makan, ia makan.
Kalau tidak, ia diam. Cukup. Jadi, memakan apa yang diberi sang majikan bagi anjing adalah cara ia bersyukur. Sedangkan, cara bersyukur manusia beda. Manusia bersyukur dengan cara memberi apa yang kita terima dari Allah. Kalau Allah memberi anda sesuatu, sadar tidak sadar anda berpikir untuk memberikannya kembali kepada orang lain. Lalu, anda memberikan seluruhnya atau sebagian, tentu kalau anda dapat mengalahkan hawa nafsu anda. Anda tidak pernah lupa berbagi. Berbagi apa saja yang membuat orang lain bahagia. Bila dikaruniai Allah sebuah pengalaman menarik, anda membagi pengalaman itu dengan teman-teman anda. Bukan agar dia iri, tapi anda ingin berbagi kebahagiaan bersama mereka. Kalau mendapat rezeki lebi, anda mengajak yang lain untuk makan bersama, anda yang traktir. Terutama teman anda yang kurang mampu, tanpa menunjukkan kepada teman anda itu kalau dia kurang mampu. Inti syukur anda ada dalam penerimaan dan pemberian. Menerima apapun (bahkan yang negatif!) yang diberikan Allah, dan memberikan apapun yang positif kepada sesama.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dikutip dari buku Nyari Identitas Diri Karangan M. Ikhsan Hal. 118-121 dengan perubahan