Trah Soekarno Habis, Jokowi Langgengkan 4A, Asing, Aseng, Antek & Alay | Ilmu Islam

Rabu, 21 Mei 2014

Trah Soekarno Habis, Jokowi Langgengkan 4A, Asing, Aseng, Antek & Alay


BuKanSarJaNaBoDoh - Pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai capres dan cawapres resmi dideklarasikan di Gedung Joang Jakarta Pusat. Namun beberapa kalangan menilai 'Trah Soekarno' akan habis dibawah kepemimpinan Jokowi yang didukung aseng, asing dan antek.
Untuk melanggengkan hegemoni di masyarakat maka Jokowi akan didukung oleh 4A, Asing, Aseng & Antek serta bombardir para Alay kepada penyerang Jokowi.
"Trah Soekarno disinyalir akan habis, kehadiran Jokowi menjadi Capres PDI-P anti klimaks kepemimpinan Megawati yang ditekan untuk tidak maju atau skandal 'selingkuh' akan di ungkap ke publik" ujar Mashadi.
Media-media nasional telah menulis sikap galau Jokowi yang dinilai kurang nasionalis. Sikap calon presiden (capres) dari PDIP, Joko Widodo alias Jokowi yang cenderung membela soal penjualan aset BUMN pasa masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, disayangkan pengamat politik dari Universitas Indonesia, Agung Suprio.
Agung menilai sikap itu menunjukkan bahwa Jokowi kurang memahami nasionalisme model Bung Karno.
Menurut Agung, ada dua tipe nasionalisme kontemporer yakni nasionalisme aktif dan nasionalisme pasif. Nasionalisme aktif yakni mempromosikan kebijakan berdikari, anti terhadap intervensi asing dan imperialisme ekonomi. Sedangkan nasionalisme pasif yakni yang berdiam diri terhadap kebijakan privatisasi sekalipun membenci.
"Tidak ada pernyataan menyesal dari Jokowi terhadap kebijakan mantan Presiden Megawati Soekarnoputri pada masa lalu yang menjual aset negara, menandakan bahwa Jokowi kurang memahami nasionalisme model Bung Karno," kata Agung melalui lewat pesan singkatnya, Selasa (1/4).
Agung menjelaskan, sikap Jokowi yang membela kebijakan Megawati menjual aset negara di masa lalu menunjukkan bahwa Jokowi termasuk kategori nasionalisme pasif. Sementara nasionalisme Bung Karno itu berdikari, bahkan sempat menasionalisasi aset-aset asing di Indonesia.
"Jokowi termasuk kategori nasionalisme pasif jika ditinjau dari statementnya yang membela kebijakan Megawati di masa lalu," tuturnya.
Meski sudah ditunjuk PDI Perjuangan sebagai calon presiden, hingga saat ini Jokowi belum membeberkan visi-misi dan programnya jika nanti terpilih jadi presiden.

"Alih-alih program, yang saat ini gencar dilakukan Jokowi adalah aktivitas mulai dari bangun tidur hingga blusukan, untuk membuat popularitasnya semakin tinggi," ujar tokoh muda Nahdlatul Ulama ini dalam siaran persnya kepada redaksi, Selasa (1/4).

Saat dihubungi secara terpisah, aktivis Perhimpunan Profesional Indonesia (PPI) Fauzan Luthsa berpendapat sebaiknya Jokowi dan PDI Perjuangan segera menggulirkan program-program yang akan mereka tawarkan pada rakyat.

"Hingga saat ini kita tak pernah tau apa yang ada di kepala Jokowi untuk Indonesia. Saya melihat Jokowi saat ini tanpa konsepsi. Jika terus seperti ini, dipastikan Jokowi akan mengulangi kesalahan yang dilakukan PDI Perjuangan saat berkuasa," terangnya.

Dilanjutkannya, Jokowi dan PDI Perjuangan tidak pernah melemparkan gagasan jika kelak berkuasa. "Bagaimana konsep Jokowi membawa Indonesia agar tidak masuk dalam middle class trap, apa yang ditawarkan Jokowi untuk mempercepat pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan, diplomasi seperti apa yang dilakukan Jokowi dengan negara tetangga yang membandel. Semuanya absolutely zero." tutup aktivis pendukung Jokowi dalam Pilgub DKI Jakarta 2012 lalu.
Dinilai Pasif, Jokowi diantara 4A = Asing, Aseng, Antek dan Alay
Siapa golongan 4A yang dimaksud?
1) A pertama Asing
Informasi A1, sejatinya Sri Mulyani ke Jakarta bukan hanya untuk jadi saksi, dia sudah tiba di Jakrta sejak 23 April 2014 untuk bertemu Jokowi dan membawa pesan khusus dari 'Gedung Putih'.

Jokowi begitu spesial bagi 'Gedung Putih', Jokowi yang bernama lengkap Herbertus Handoko Joko Widodo bin Oey Hong Liong alias Noto Mihardjo ini memang menjadi antek asing dan aseng demi menjaga kepentingan bangsa asing tersebut.

Sri Mulyani menemui Jokowi pada 24 April 2014 silam dan membawa pesan 'delivery order' dari Obama melalui 'kurir' Sri Mulyani. Hal ini terkait dengan pertemuan Paus - Obama soal bursa Capres Jokowi demi menjaga kepentingan Umat Katolik di Indonesia. Pesan itu disampaikan Sri Mulyani ke Jokowi dalam rangka menghilangkan kesan seolah-olah Paus - Obama telah menyetujui paket Capres-Cawapres Jokowi - Jusuf Kalla.

Pemahaman yang bias terhadap hasil pertemuan Obama - Paus (15/4/14) di Gedung Putih sabagai follow up pertemuan Obama - Paus di Vatikan (27/3/14). Deal kedua, pertemuan Paus - Obama tersebut, ada pertemuan di rumah Jacob Soetoyo yang dihadiri 7 dubes diantaranya Dubes AS, Meksiko dan Vatikan.
PDI Perjuangan (PDIP) membuktikan bahwa Jokowi sebagai calon presiden (capres) mendapat dukungan internasional atau negara asing. Ini tergambar sejumlah Dubes di Jakarta yang melakukan pertemuan dengan Mega dan Jokowi.
Sejumlah wakil negara asing sudah melakukan pertemuan tertutup dengan Mega dan Jokowi. Tujuh negara yang bertemu itu, diantaranya, Dubes Amerika Serikat, Dubes Vatikan, Dubes Myanmar, Dubes RRC, Dubes Meksiko, Dubes Turki, dan Dubes Peru, Senin, 14/4/2014.
Pertemuan antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bersama Jokowi dengan tujuh dubes itu berlangsung  di rumah pengusaha Jocob Soetoyo. Pertemuan itu pun menimbulkan spekulasi politik jelang Pilpres 2014. Ini bisa dilihat siapa-siapa yang berada di belakang Jokowi, dan mulai melakukan konsolidasi, termasuk adanya kemungkinan 'deal' politik antara Mega, PDIP, dan Jokowi dengan 'Tujuh' negara yang sudah bertemu itu.

Megawati sudah 'prepare' melakukan kerja sama guna mendapatkan dukungan dunia internasional. Megawati meminta masukan soal cawapres pendamping Jokowi. Jadi Mega, PDIP, dan Jokowi hanya menjalankan agenda kepentingan asing. Bukan menjalankan agenda kepentingan nasional Indonesia. Termasuk Mega, PDIP, dan Jokowi minta 'petunjuk' siapa yang bakal menjadi cawapres Jokowi.
Negara yang paling berkepentingan terhadap Indonesia Amerika,Vatikan, Cina, Myanmar, Tukri, dan Meksiko. Amerika paling besar kepentingan terhadap Indonesia. Banyak perusahaan raksasa Amerika beroperasi di Indonesia, seperti Mc.Moran yang mengelola Free Port, dan sejumlah perusahaan minyak di Indonesia.
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2014/04/15/29868/tujuh-negara-asing-dibelakang-megajokowi/#sthash.U4QtPGSP.dpuf
PDI Perjuangan (PDIP) membuktikan bahwa Jokowi sebagai calon presiden (capres) mendapat dukungan internasional atau negara asing. Ini tergambar sejumlah Dubes di Jakarta yang melakukan pertemuan dengan Mega dan Jokowi.

Sejumlah wakil negara asing sudah melakukan pertemuan tertutup dengan Mega dan Jokowi. Tujuh negara yang bertemu itu, diantaranya, Dubes Amerika Serikat, Dubes Vatikan, Dubes Myanmar, Dubes RRC, Dubes Meksiko, Dubes Turki, dan Dubes Peru, Senin, 14/4/2014.

Pertemuan antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bersama Jokowi dengan tujuh dubes itu berlangsung  di rumah pengusaha Jocob Soetoyo. Pertemuan itu pun menimbulkan spekulasi politik jelang Pilpres 2014. Ini bisa dilihat siapa-siapa yang berada di belakang Jokowi, dan mulai melakukan konsolidasi, termasuk adanya kemungkinan 'deal' politik antara Mega, PDIP, dan Jokowi dengan 'Tujuh' negara yang sudah bertemu itu.

Megawati sudah 'prepare' melakukan kerja sama guna mendapatkan dukungan dunia internasional. Megawati meminta masukan soal cawapres pendamping Jokowi. Jadi Mega, PDIP, dan Jokowi hanya menjalankan agenda kepentingan asing. Bukan menjalankan agenda kepentingan nasional Indonesia. Termasuk Mega, PDIP, dan Jokowi minta 'petunjuk' siapa yang bakal menjadi cawapres Jokowi
Negara yang paling berkepentingan terhadap Indonesia Amerika,Vatikan, Cina, Myanmar, Tukri, dan Meksiko. Amerika paling besar kepentingan terhadap Indonesia. Banyak perusahaan raksasa Amerika beroperasi di Indonesia, seperti Mc.Moran yang mengelola Free Port, dan sejumlah perusahaan minyak di Indonesia.
2) A kedua Aseng (Katholik & Protestan)
Langkah Aseng dengan adanya pertemuan Vatikan - Jacob Soetoyo di rumahnya di Permata Hijau Jakarta adalah manifestasi pesanan dari Washington DC dan  umat katolik Indonesia untuk kendalikan Jokowi.
Katholik Khawatir James Riady Cs & Komunis Cina Kendalikan Indonesia
Kedekatan, penguasaan dan kooptasi kelompok kristen dimotori James Riady, Sabam Sirait & Ex Partai Komunis China pada Jokowi khawatirkan katolik sehingga hadir nama Jacob Soetoyo manifestasi perlawanan dari Washington DC dan  umat katolik Indonesia.

 
Mengapa?
Karena umat Katolik Indonesia sebagai kelompok elit yang menguasai pemerintahan dan birokrasi Indoensia selama 32 Tahun era Orba itu tak mau kehilangan kendali atas Indonesia apalagi berpindah ke kalangan kristen prostestan dan komunis. Pada tahun 1999 saat akan MPR gelar pemilihan presiden, Kelompok katolik kehilangan kendali ke RI 1 karena dijegal oleh James Riady & Matori Abdul Jalil dari PKB.
 
Melalui Matori Abdul Djalil dan James Riady, Gus Dur dan Megawati diajak ketemu Menlu AS Madeline Albraight di Singapura. Pada pertemuan tersebut disepakati AS akan bantu Megawati jadi Presiden RI dalam sidang istimewa MPR. Namun, seusai pertemuan Gus Dur ubah pikiran dengan menggelar manuver poros tengah.
 
Melalui Matori Abdul Djalil, Gus Dus minta pertemuan ulang dengan Menlu AS Albraight. Minta jadi presiden dan Megawato di setup jadi wakil presiden saja.
Terpaksa James Riady atur ulang pertemuan Gus Dur dengan Albraight di Singapura. Akhirnya meeting lagi, AS setuju dengan syarat Gus Dur jamin NU.
 
Tak mengherankan mengapa NU dan PKB tak pernah serius menggagas koalisi partai Islam karena memang bermental 'numpang hidup' kepada penguasa. Albraight minta jaminan Gus Dur agar NU tidak berubah menjadi islam militan & diarahkan ke sekuler hedonis jika Gus Dur berkuasa. Gus Dur sanggupi permintaan AS ini.

 
Karena manuver James Riady dan Matori, peran elit katolik Indonesia terhadap suksesi presiden 1990 menjadi minim. Pada bursa capres 2014 ini Katolik tidak ingin terulang lagi, James Riady & elit kristen khususnya faksi Parkindo di PDIP sudah lama membina Jokowi. Ketika kendali kristen total pada Jokowi, katolik resah luar biasa.
 
Melalui CSIS dan elit katolik, diupayakan bantuan Paus untuk menembus blokade kristen yang mengendalikan Jokowi. Paus undang Obama ke vatikan. Faktanya, pertemuan di rumah Jacob Soetoyo 13/4/14 kemarin sebenarnya yang bertindak sebagai tuan rumah adalah Dubes Vatikan, tapi itu berisiko jika ketahuan. Dubes Vatikan tidak mungkin undang Jokowi, Megawati dan Dubes AS ke kedubes atau ke kediamannya, jika bocor, Jokowi hancur diserang opini lawan politiknya.
 
Untuk mengaburkan pertemuan, maka lokasi dipindahkan ke rumah Jacob Soetoyo. Dubes Meksiko mewakili komunitas katolik dunia, dubes AS sebagai wakil Obama, sedangkan Dubes lain hanya cover untuk mengecoh agar tidak terlalu mencolok dan mudah dibaca bahwa pertemuan tersebut adalah untuk menampung aspirasi katolik diteruskan ke Obama.
Satu hal yang PENTING : Jacob adalah anggota Trilateral Commission Wilayah Asia-Pasifik dari Gesit Company. Silahkan download file dibawah ini :
  1. trilateral.org/download/file/PA_list_7-13.pdf
3) A yang ketiga Antek (PDI-P Projo)
Pro Jokowi (ProJo), organisasi relawan pendukung capres Joko Widodo (Jokowi), menyayangkan kurangnya pembelaan PDI Perjuangan atas serangan politik yang ditujukan ke Gubernur DKI Jakarta itu.
ProJo menuding partai tempat Jokowi bernaung tersebut selama ini lebih banyak diam tidak melakukan pembelaan. "(Jokowi) dihantem masak ProJo doang yang bela. Dan Pak Jokowi pun bilang cuma ProJo yang bela," ujar Koordinator Nasional ProJo, Budi Arie Setiadi di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, Senin (14/4).
ProJo selama ini menjadi yang terdepan menghalau serangan politik kepada Jokowi. Bahkan Budi menegaskan ProJo merupakan organisasi garis keras pendukung pencapresan Jokowi.
ProJo merupakan organisasi pendukung pencapresan Jokowi di luar PDI Perjuangan. ProJo dibentuk tanggal 21 Desember 2013 dan kita diklaim memiliki anggota serta relawan tersebar di 33 provinsi di Indonesia.
Selain ProJo, pencapresan Jokowi juga didukung sejumlah organisasi lainnya di luar partai, antara lain Seknas Jokowi dan BaraJP. Organisasi-organisasi tersebut dikabarkan melakukan sosialisasi di luar koordinasi partai.
para pendukung atau kelompok PDIP-Projo menolak menyandingkan Puan  dengan Jokowi. Megawati menghadapi dilema, antara memilih Puan sebagai 'trah' Soekarno, atau memilih dari tokoh kalangan eksternal? Sekalipuin, PDIP sudah mendapatkan dukungan dari Nasdem dan Hanura yang akan mengusung Jokowi.

Selanjutnya, wacana pencalonan Ketua Badan Pemenangan Pusat Pemilu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Puan Maharani sebagai kandidat pendamping calon presiden Joko Widodo alias Jokowi mulai mendapatkan penolakan dari internal partai. Salah satunya adalah Ketua PDIP Solo, FX Hadi Rudyatmo.

Dia justru menyarankan bahwa calon wakil presiden harus diambil dari eksternal partai. "Pencalonan Puan Maharani untuk mendampingi Jokowi tidak masuk akal." kata FX Hadi Rudyatmo saat dicegat wartawan di SMP 1 Solo, Sabtu, 17 Mei 2014. Dia menyatakan menolak keras jika partai ngotot mencalonkan putri Megawati itu.

Wali Kota Solo ini beralasan bahwa Puan Maharani belum memiliki pengalaman yang memadai menjadi wakil presiden. Dia menyarankan agar Puan fokus saja mengurusi partai sebagai Ketua DPP PDIP. "Saya sangat menyayangkan dengan adanya pembisik-pembisik," tegas FX Rudi.
4) A Terakhir untuk Sebutan Alay (Jasmev dan relawan pasukan nasi bungkus)
Alay dari Jasmev itu hanyalah 1 dari banyak kelompok atau divisi media yang bertugas untuk merekayasa pencitraan Jokowi di berbagai media. Apa maksudnya? Tak lain agar membentuk arus liar 'tsunami opini' pencitraan palsu untuk Jokowi dan memuluskan seakan rakyat mendukung Jokowi jadi presiden RI 2014.

Khusus utk rekayasa Popularitas Jokowi, semula hanya melibatkan aktivis & pengusaha lokal Tionghoa : Imelda Tan (Paragon), Lukminto (Sritex) cs. 

Baru setelah Jokowi menang utk periode ke 2 sebagai Walikota Surakarta atau Solo, konglomerat Edward Suryajaya (ex Pemilik Group Astra, konglo terkaya RI) bergabung. Awalnya, skenario rekayasa opini publik terhadap Jokowi ini hanya ditujukan utk memenangkan Pilkada Jawa Tengah, kalahkan Bibit Waluyo, namun balik kanan bubar jalan dan putar haluan mengincar target baru, yaitu DKI Jakarta. Perubahan target menjadi Cagub DKI dan terus jadi Presiden, dimulai saat Edward Suryajaya cs sukses konsolidasi kekuatan konglomerat tionghoa.

Konsolidasi konglomerat tionghoa itu tidak terlepas dari peran besar James Riady (pemilik Lippo grup) yg pada 2009 jadi tim koordinator dana SBY. James Riady berhasil himpun hampir semua konglomerat cina utk mendukung penuh Jokowi sebagai Gubernur DKI dan lanjut ke Presiden RI 2014. Peran besar lain adalah dari Jenderal Luhut Panjaitan yang sukses konsolidasikan kekuatan konglomerat-konglomerat etnis tionghoa Ex buronan BLBI di Singapore yang berjumlah sekitar 20-an konglomerat. Kebanyakan dari mereka adalah buronan kasus korupsi BLBI yang merugikan negara kita Rp. 187 triliun (hutang pokok) plus Rp. 600 T (bunga) sampai 2032!

    Mereka semua mendukung penuh Jokowi melalui media-media yang di bayar, uang, jaringan (china connection) dan turut berkampanye menangkan Jokowi.

Berikut jaringan media menipu opini publik bagi pemenangan CAPRES Jokowi yang bergerak bersama JASMEV :

1) First Media Grup (beritasatu1.TV beritasatu .com, suara pembaruan, Jakarta Globe,  Suara Pembaruan, The Straits Times, Majalah Investor, Globe Asia, The Peak, Campus Asia, Student Globe, Kemang Buzz, Campus Life, Termasuk Beritasatu FM. First Media Grup adalah milik James Riady (Lippo Grup), konglomerat yang bersahabat baik dgn Bill Clinton dan terlibat Lippo Gate yg terjadi di AS, ketika James Riady cs tertangkap memberikan dana politik illegal kepada timses capres Demokrat Bill Clinton

2) Media lain yang dikontrak mahal untuk pencitraan palsu Jokowi adalah Detik Grup. Ngakunya milik Chairul Tanjung alias CT, tapi sebenarnya milik Salim Grup. Detik.com  Setiap hari, detikcom memuat berita tentang pencitraan palsu Jokowi puluhan bahkan kadang lebih 100 berita. 

3) Kompas /Gramedia Grup memang tidak segila detikcom siarkan Jokowi, tapi tetap punya KANAL BERITA KHUSUS

4) Jawa Pos Grup. Tidak melibatkan semua media milik Dahlan Iskan yang jumlahnya 185 TV, Koran, Online media, dll itu. Sekitar 40% JawaPos Grup dikontrak.

5) Yang paling gencar jilat Jokowi adalah Koran Rakyat Merdeka. Ada saja berita (palsu) istimewa tentang Jokowi. Kontraknya puluhan Milyar.

6) Tempo (majalah dan Online) adalah media pelopor yg orbitkan Jokowi dengan penghargaan "10 Tokoh Terbaik (penghargaan abal-abal), hny karena bisa pindahkan PKL.

7) Tribunnews Grup (Bosowa dan Kompas) juga dikontrak untuk pencitraan palsu Jokowi. Demikian juga Fajar Grup (Alwi Hamu / Dahlan Iskan)

8) Metro TV, ga tahu sekarang dibayar berapa untuk kontrak pencitraan palsu Jokowi sampai 2014. Tapi saat Pilkada DKI puluhan Milyar

9) SCTV grup. Pemiliknya Edi dan Popo Sariatmadja malah menjadi cukong utama. Koordinator media pencitraan Jokowi, membantu James Riady

10) Media raksasa lain seperti Vivanews grup (TV One, ANTV, Vivanewscom dll) milik Bakrie meski kontrak dgn Cukong Jokowi tapi porsinya kurang dari 30%

11)  Selain media cetak, televisi mainstream, sosial media seperti twitter, facebook, kaskus dll juga dikontrak khusus. Ada ratusan orang yang mengelola lebih dari 10.000 akun sosial media. Dulu waktu pilkada DKI, selain orang-orang yang permanen kelola akun untuk pencitraan Jokowi, dibentuk juga Tim Jasmev. Puluhan Milyar biayanya

Luar biasa banyak media massa yang dikontrak cukong Jokowi. Lebih 70% dari total pasar media massa di Indonesia.
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2014/05/19/30467/trah-soekarno-habis-jokowi-langgengkan-4a-asing-aseng-antek-alay/#sthash.ANmRAHeL.dpuf

Sumber : VOAislam

Trah Soekarno Habis, Jokowi Langgengkan 4A, Asing, Aseng, Antek & Alay Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

 

Top