“Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi.” (Huud:82)
Kejadian ini adalah salah satu dari sekian banyak masalah yang berkembang di masyarakat. Budaya kaum Nabi Luth ini sekarang sedang dapat angin untuk berkembang menjadi sebuah tren. Memang, di negerinya Ibu Pertiwi, budaya kaum Nabi Luth itu tidak terlalu terkenal, meski beberapa kader gay dan lesbi mulai banyak tingkah. Anda perlu tahu, budaya ini adalah budaya jahiliah dan jelas bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Adalah film Boys Don’t Cry garapan sutradara Kimberly Pierce yang memberikan gambaran bagaimana sebuah petualangan seorang gadis yang mengalami transeksual. Celakanya, film yang dibintangi oleh Hilary Swank yang berperan sebagai Brandon Teena, seorang remaja flamboyan yang terperangkap krisis kepribadian, malah memberikan justifikasi/pengesahan terhadap ulah para pengidap “penyakit” itu.
Film drama psikologi produk Fox Searchlight Pictures ini sengaja mengekspos kehidupan pengidap transeksual. Sambil digambarkan secara sinis bagaimana masyarakat tempat tinggal Brandon Teena yang biasa mengucilkan dan tidak memberikan hak hidup bagi kaum pengidap penyakit itu. Sikap masyarakat seperti inilah yang coba dikritik sang pembuat skenario.
Selain Boys Don’t Cry, film lain yang mengumbar kehidupan kaum homo adalah Total Eclipse yang dibintangi Leonardo Di Caprio. “Untungnya” film ini hanya ada dalamkepingan VCD. Dalam film ini jelas sekali digambarakan tentang lika-liku hidup kaum homo. Bahkan, dalam beberapa adegan film tersebut sengaja menampilkan bagaimana “prosesi” kaum homo melampiaskan nafsu liarnya. Gila!
Di Amerika, gelombang kaum pengikut bangsa Sodom dan Gomorah ini jauh lebih besar. Beberapa waktu lalu, negeri Paman Sam itu diharu-birukan dengan demo kaum gay dan lesbian yang menuntut pengakuan atas aktivitas yang mereka lakukan selama ini. Bukan sekali dua kali demo kaum homo dan lesbi di AS terjadi, tapi sudah sering, bahkan sudah sejak lama. Termasuk mereka pernah menuntut dibuatkan gereja khusus kaum homo. Dan, di era kepresidenan Clinton, kaum Sodom ini kian mendapat angin. Pasalnya, untuk pertama kalinya pemerintah AS mengizinkan kaum homo untuk ikut aktif di dinas militer.
Di tanah air, kasus pengidap “pedofilia” alias senang bermain seks dengan anak-anak lelaki pun mulai marak di negeri ini. Ingat ‘kan kasus Robot Gedhek beberapa taun lalu yang sadis itu? Nah, ada lagi. Di Medan awal bulan Mei 2000 silam, dihebohkan kembali dengan kasus sodomi yang dilakukan dua pria bule terhadap puluhan bocah lelaki di Medan. Ini semakin menunjukkan bukti bahwa kaum homo masih berkeliaran dan mengancam kehidupan.
Kalangan selebritis juga tidak lepas dari tingkah laku terkutuk ini. Banyak di antara mereka yang akrab dengan kelakuan amoral ini. Sebut saja Michael Jackson, George Michael, Elthon Joh, Mickey Rourke, Bob Geldof, Nuno Extreme, Prince, David Bowie, dan Kenny G (yang konon sempat “lengket” dengan Michael Bolton).
Melanggar Fitrah
Allah S.W.T telah menciptakan manusia itu dari dua jenis, yakni laki-laki dan wanita. Tidak ada jenis ketiga. Anda juga perlu tahu bahwa dalam proses penciptaan itu, manusia dilengkapi juga dengna potensi-potensi kehidupan, yang salah satunya adalah tertarik pada lawan jenis. Yang lelaki senang kepada wanita, begitupun sebaliknya. Jadi, kalau ada orang yang sama sekali tidak punya nafsu birahi, berarti masih diragukan keasliannya sebagai manusia (hi.. hi.. hi..).
Nah, potensi yang dimiliki oleh manusia itu tidak bisa diubah lagi, karena itu adalah sunnatullah. Ustadz Muhammad Muhammad Ismail dalam kitab al-Fikri al-Islamiy ‘Bunga Rampai Pemikiran Islam’ menyatakan bahwa dorongan seksual pada seseorang merupakan tanggapan dari faktor eksternal bila indra menangkap rangsangan berupa gambar, cerita porno, dan penampilan yang menyentuh saraf seks. Makanya, bila tidak disalurkan bisa mengakibatkan kegelisahan jiwa.
Jadi berdasarkan sunnatullah ini, otomatis manusia yang berlainan jenis kemudian hidup sebagai makhluk heteroseksual, yakni tertarik pada lawan jenisnya. Sehingga, bila ada orang yang cuma bisa nempel dengan sesama jenis, jelas ini adalah kelainan yang sangat berbahaya. Bila dibiarkan hidup dan berkembang, tak mustahil terjadi seperti apa yang pernah dialami kaum Nabi Luth. Na’udzu billahi min dzalik!
Dengan demikian, gay dan lesbian ini melanggar fitrah manusia. Bagaimana tidak, masak pria senang dengan pria atau wanita mencintai wanita? Tak usah lah yauw.
Celakanya, sistem demokrasi yang menjadi pujaan banyak orang di dunia justru memberikan ruang gerak yang luas bagi kaum ini. Of course, populasi kaum homo dan lesbian malah tumbuh subur. Jangan kaget, di negeri yang konon katanya menjunjung tinggi budaya Timur ini malah kebobolan juga. Di antaranya kasus Robot Gedhek tadi itu. Malah sejumlah tempat di kawasan Jakarta juga menjadi ajang kencan antarinsan sesama jenis. Begitu pula di Bali ada objek wisata yang di malam hari menjadi tempat mesum kaum penikmat sodomi itu.
Bisa Menular
Ih, ngeri amat! Kok bisa, sih? Bisa dong, namanya juga “penyakit” berbahaya. Seperti halnya kebaikan yang bisa menyebar, maka kemaksiatan pun bisa menular. Bahkan, pada faktanya saat ini justru kemaksiatan yang cepat berkembang ketimbang kebaikan.
Orang yang bergaul secara abnormal ini akan mengulanginya terus-menerus. Sangat celaka kalau sudah menjadi kecanduan begitu. Tidak peduli lagi, apakah itu membahayakan atau tidak, mereka berpikir yang penting senang.
Anda mungkin heran bahwa ternyata orang-orang homo itu justru sebagian besar berpenampilan macho atau berperilaku jantan. Hal ini dikuatkan oleh Dokter Boyke Dian Nugraha yang memang pakar di bidang seks dan ginekolog. Menurutnya, 85% kaum homo itu berbadan kekar dan memang berpenampilan macho. Tidak kemayu atau gagah gemulai. Cuma sayagn, “pejantan” ini beraninya hanya lewat “belakang”!
Sayang seribu sayang, masyarakat sekarang begitu cuek, tidak mau ambil pusing dengan persoalan yang sebetulnya sangat serius ini. Alih-alih berusaha membereskan masalah ini, malah secara tidak langsung membiarkan praktik maksiat itu tetap ada dengan sikapnya yang tidak peduli. Lebih parah lagi, saat ini kaum gay dan lesbi mulai banyak tingkah, meminta aktivitas dan keberadaan mereka itu diakui di masyarakat. Sekali lagi, bila ini dibiarkan, maka kehancuran sebuah bangsa tak mustahil akan terjadi. Lalu bagaimana penyelesaiannya?
Tiada Maaf bagi Mereka!
Tentu saja pernyataaan sedikit “kejam” ini bila kaum homo (gay) dan lesbi ini tidak segera bertobat atas perbuatannya yang melanggar fitrahnya sebagai manusia, sekaligus “menantang” Allah S.W.T.
Melihat faktanya, ternyata orang yang menjadi gay atau lesbi, bukan diakibatkan oleh faktor genetis alias keturunan. Prof. Dr. Dadang Hawari, Guru Besar FKUI berkomentar, “Sampai sekarang belum ada yang menyatakan karena faktor genetis, yang sudah jelas adalah faktor lingkungan.” (Permata, No. 12/IV/Desember 1996).
Kalau begitu apa penyebab orang menjadi homo? Faktor pendidikan salah satunya. Misalnya, karena orang tua ingin punya anak wanita, lalu anak lelakinya dididik seperti anak wanita. Otomatis dalam diri anak itu tertanam memori soal anak wanita, termasuk dalam urusan tertarik pada sesama jenis.
Anda juga harus percaya bahwa pergaulan bisa menjadi penyebab munculnya sifat homo dan lesbian ini. Sebagian besar orang yang menjadi homo atau lesbian karena dulunya keseringan bergaul dengan komunitas homo atau lesbian. Termasuk yang di antaranya adalah korban perkosaan oleh kaum “biadab” itu.
Soalnya, ada bukti yang boleh dibilang sangat mewakili untuk dijadikan alasan. Sebut saja Andi (bukan nama sebenarnya) yang mengungkapkan masa lalunya kepada majalah Jakarta-Jakarta, edisi Agustus 1996. Kepada majalah tersebut, Andi menuturkan bahwa suatu ketika ia pernah diajak kencan oleh seorang sopir yang bekerja pada teman bapaknya. Perkenalan itu dimulai ketika Andi main ke tempat teman bapaknya itu. Di situlah si sopir yang berbadan kekar dan terkesan jantan alias macho memperkenalkan “sentuhan” awal dari teknik-teknik bersodomi. Celakanya, setelah kejadian itu Andi malah jadi senang bahkan ketagihan melakukan cara bergaul yang abnormal itu. Na’udzu billahi min dzalik!
Bukti lain bahwa “penyakit” ini bisa menular adalah apa yang terjadi pada kaum Nabi Luth. Orang-orang yang melakukan kemaksiatan itu awalnya bisa dihitung dengan jari, tapi kemudian secepat kilat membengkak menjadi satu negeri, jelas ini memang menular.
Oleh karena itu, prosedur yang dipakai untuk “membereskan” masalah penyimpangan ini adalah dengan mengubah lingkungan. Terbukti, meningkatnya populasi kaum homo di negeri ini diakibatkan aturan yang berlaku di negeri ini. Alih-alih mengatur kehidupan bermasyarakat dan bernegara, eh malah memberikan kebebasan untuk berbuat seperti itu. Disinilah letak rusaknya sistem kapitalisme yang memang berakidah sekuler. Lingkungan dalam sistem kehidupan seperti inilah yang turut membidani lahirnya budaya kaum homo dan lesbi sekaligus melestarikannya.
Seharusnya, setiap kejahatan, apa pun bentuknya, harus ada sanksinya. Dalam pandangan Islam, homoseksual dan lesbian adalah suatu kejahatan. Kalau tradisi kaum homo dan lesbian yang merusak kehidupan ini dibiarkan, maka selamanya mereka akan tumbuh dan berkembang biak dengan cepat. Malah tak mustahil pula bila mereka tambah belagu.
Apa hukuman yang akan dikenakan kepada kaum homo dan lesbian ini? Dalam Zainuddin bin Abdul ‘Aziz al-Maalibary, Irsyaadu al ‘Ibaadi ilaa Sabili Al-Risyaadterbitan Al’Ma’aarif, Bandung, halaman 110, Imam Syafi’i menetapkan pelaku dan orang-orang yang “dikumpuli” (oleh homoseksual dan lesbian) wajib dihukum mati, sebagaimana keterangan dalam hadist,
“Barangsiapa yang mendapatkan orang-orang yang melakukan perbuatan kaum Nabi Luth (praktik homoseksual dan lesbian), maka ia harus menghukum mati; baik yang melakukannya maupun yang dikumpulinya.” (H.R Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan al-Baihaqi).
Adapun teknis (uslub) yang digunakan dalam eksekusinya tidak ditentukan oleh syara’. Para sahabat pun berbeda pendapat tentang masalah ini. Ali R.A memilih merajam dan membakar pelaku homoseks, sedangkan Umar dan Utsman R.A berpendapat pelaku dibenturkan ke dinding sampai mati. Menurut Ibnu Abbas, mereka dilempar dari gedung yang paling tinggi dalam keadaan terjungkir lalu diikuti (dihujani) dengan batu.
Kejam? Boleh jadi menurut hawa nafsu kita demikian. Tapi lebih kejam mana dibandingkan membiarkan korban-korban homoseks terus berjatuhan. Apalagi akibat ulah kaum Sodom ini, penyakit mematikan, AIDS, kian merajalela. Lagipula sebagai seorang muslim yang beriman, kita wajib menaati segala ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Jadi, gay & lesbian? no way!
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dikutip dari buku Jangan Jadi Bebek karangan O. Solihin Hal. 100-108 dengan perubahan
YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/ArceusZeldfer
Facebook Page: facebook.com/anakmuslimtaat