Tanya : Apa sujud kepada manusia dalam rangka penghormatan kepadanya terhitung sebagai syirik akbar yang menyebabkan kekafiran?
Jawab : Para ulama sepakat akan akan kekafiran orang yang sujud kepada orang lain dalam rangka ibadah. Namun mereka berbeda pendapat akan kekafiran orang yang sujud ke orang lain dalam rangka penghormatan[1]meski mereka sepakat akan keharamannya.[2]
Dalil akan keharamannya adalah sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ، لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Seandainya aku boleh menyuruh seorang manusia untuk bersujud kepada manusia lainnya, niscaya akan aku suruh seorang wanita untuk bersujud kepada suaminya" [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 1159, Ibnu Hibban no. 41621, dan Al-Baihaqiy 7/291; shahih lighairihi].
Adapun tentang status kekafirannya, yang raajih – wallaahu a’lam – adalah tidak kafir.
Allah ta’ala berfirman:
فَلَمَّا دَخَلُوا عَلَى يُوسُفَ آوَى إِلَيْهِ أَبَوَيْهِ وَقَالَ ادْخُلُوا مِصْرَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ * وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا
“Maka tatkala mereka masuk ke (tempat) Yuusuf: Yuusuf merangkul ibu bapanya dan dia berkata: "Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman". Dan ia menaikkan kedua ibu-bapaknya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yuusuf….” [QS. Yuusuf : 99-100].
Berikut beberapa tafsir salaf mengenai sujudnya saudara Yuusuf ‘alaihis-salaam:
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ، ثنا مُحَمَّدٌ سَعِيدٌ الْعَطَّارُ، ثنا عَبِيدَةُ بْنُ حُمَيْدٍ، عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ رُفَيْعٍ، عَنْ تَمِيمِ بْنِ طَرْفَةَ، عَنْ عَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ، "وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا، قَالَ: كَانَتْ تَحِيَّةُ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَأَعْطَاكُمُ اللَّهُ السَّلامَ مَكَانَهَا "
Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Al-Husain : Telah menceritakan kepada kmai Muhammad bin Sa’iid Al-‘Aththaar : Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidah bin Humaid, dari ‘Abdul-‘Aziiz bin Rufai’. Dari Tamiim Tharfah, dari ‘Adiy bin Haatim tentang ayat : ‘Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yuusuf’ (QS. Yuusuf : 100), ia berkata : “Perbuatan itu merupakan penghormatan umat sebelum kalian, lalu Allah memberikan kepada kalian salam sebagai gantinya” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Haatim dalam Tafsiir-nya no. 11995; sanadnya hasan].
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الأَعْلَى، قَالَ: ثنا مُحَمَّدُ بْنُ ثَوْرٍ، عَنْ مَعْمَرٍ، عَنْ قَتَادَةَ: "وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا، قَالَ: وَكَانَتْ تَحِيَّةُ النَّاسِ يَوْمَئِذٍ أَنْ يَسْجُدَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ".
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdil-A’laa, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Tsaur, dari Ma’mar, dari Qataadah tentang ayat : ‘Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yuusuf’ (QS. Yuusuf : 100), ia berkata : “Penghormatan orang-orang pada waktu itu adalah sebagian mereka sujud kepada sebagian lainnya” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabariy dalam Jaami’ul-Bayaan, 16/269; shahih].
Ma’mar mempunyai mutaba’ah dari Sa’iid bin Abi ‘Aruubah dan Sa’iid bin Basyiir.
حَدَّثَنِي يُونُسُ، قَالَ: أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ: قَالَ ابْنُ زَيْدٍ: " فِي قَوْلِهِ: وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا: ذَلِكَ السُّجُودُ تَشْرِفَةٌ، كَمَا سَجَدَتِ الْمَلائِكَةُ لآدَمَ تَشْرِفَةً، لَيْسَ بِسُجُودِ عِبَادَةٍ "
Telah menceritakan kepadaku Yuunus, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Wahb, ia berkata : Telah berkata Ibnu Zaid tentang ayat : ‘Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yuusuf’ (QS. Yuusuf : 100), ia berkata : “Sujud itu adalah penghormatan sebagaimana sujudnya malaikat kepada Aadam sebagai penghormatan, bukan sujud ibadah” [idem, 16/270; shahih].
Beberapa riwayat di atas menjelaskan bahwa sujud yang dilakukan oleh saudara-saudara Nabi Yuusuf ‘alaihis-salaambukan termasuk kesyirikan, karena di jaman itu, sujud merupakan bentuk penghormatan yang diperbolehkan.
Ibnu Katsiir rahimahullah berkata:
وقد كان هذا سائغا في شرائعهم إذا سلَّموا على الكبير يسجدون له، ولم يزل هذا جائزًا من لدن آدم إلى شريعة عيسى، عليه السلام، فحرم هذا في هذه الملة، وجُعل السجود مختصا بجناب الرب سبحانه وتعالى.
هذا مضمون قول قتادة وغيره
هذا مضمون قول قتادة وغيره
“Dulu sujud itu diperbolehkan dalam syari’at mereka. Apabila mereka memberi salam kepada orang tua, maka mereka bersujud kepadanya. Kebolehan ini terus berlaku dari jaman Aadam hingga syari’at ‘Iisaa ‘alaihis-salaam, lalu diharamkan oleh agama Islam. Islam menjadikan sujud hanya dikhususkan pada Allah subhaanahu wa ta’ala. Inilah yang terkandung dalam perkataan Qataadah dan yang lainnya” [Tafsiir Ibni Katsiir, 4/412].
Seandainya sujud penghormatan itu merupakan kesyirikan secara asal, tentu perbuatan itu telah dilarang, karena kesyirikan dilarang di semua jaman serta diperangi oleh semua nabi dan rasul.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut” [QS. An-Nahl : 36].
Adz-Dzahabiy rahimahullah berkata:
ألا ترى الصحابة من فرط حبهم للنبي صلى الله عليه وسلم قالوا: ألا نسجد لك؟ فقال: لا، فلو أذن لهم لسجدوا سجود إجلال وتوقير لا سجود عبادة كما سجد إخوة يوسف عليه السلام ليوسف، وكذلك القول في سجود المسلم لقبر النبي صلى الله عليه وسلم على سبيل التعظيم والتبجيل لا يكفر به أصلا بل يكون عاصيا. فليعرف أن هذا منهي عنه وكذلك الصلاة إلى القبر
"Tidakkah engkau melihat shahabat yang sangat cintanya kepada Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, mereka berkata : 'Bolehkah kami sujud kepadamu ?'. Beliau menjawab : 'Tidak boleh'. Seandainya beliau mengizinkan mereka, niscaya mereka akan sujud dengan sujud penghormatan dan pemuliaan, bukan sujud ibadah, sebagaimana sujudnya saudara Yuusuf 'alaihis-salaam kepada Yuusuf. Dan begitu pula dalam masalah sujudnya seorang muslim kepada kubur Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam dengan alasan pengagungan dan penghormatan, maka ia tidak dikafirkan pada asalnya. Akan tetapi itu (tetap) merupakan kemaksiatan. Maka hendaklah diketahui akan larangan ini, sebagaimana larangan shalat menghadap kuburan" [Mu'jamusy-Syuyyuukh, 1/55].
Az-Zaila’iy rahimahullah berkata:
وما يفعلون من تقبيل الأرض بين يدي العلماء فحرام، والفاعل والراضي به آثمان لأنه يشبه عباده الوثن، وذكر الصدر الشهيد أنه لا يكفر بهذا السجود لأنه يريد به التحية
“Dan apa yang mereka lakukan dengan mencium tanah di hadapan ulama, maka itu diharamkan. Pelaku dan orang yang meridlainya berdosa, karena perbuatan tersebut menyerupai peribadahan terhadap berhala. Dan Ash-Shadr Asy-Syahiid telah menyebutkan bahwa ia tidak dikafirkan dengan sebab sujud tersebut karena ia menghendaki dengannya sebagai penghormatan” [Kanzul-Haqaaiq, 16/400].
Asy-Syaukaaniy rahimahullah berkata:
وأما قوله: "ومنها السجود لغير الله" فلا بد من تقييده بأن يكون سجوده هذا قاصدا لربوبية من سجد له فإنه بهذا السجود قد أشرك بالله عزوجل وأثبت معه آلاها آخر وأما إذا لم يقصد إلا مجرد التعظيم كما يقع كثيرا لمن دخل على ملوك الأعاجم أنه يقبل الأرض تعظيما له فليس هذا من الكفر في شيء وقد علم كل من كان من الأعلام أن التكفير بالإلزام من أعظم مزالق الأقدام فمن أراد المخاطرة بدينه فعلى نفسه تجنى براقش
“Adapun perkataannya : ‘dan diantaranya : sujud kepada selain Allah’ ; maka hal itu mesti ditaqyid bahwa dengan sujudnya tersebut dimaksudkan untuk rubuubiyyah orang yang disujudi, karena sesungguhnya ia dengan sujudnya itu telah menyekutukan Allah ‘azza wa jalla dan menetapkan bersama-Nya adanya tuhan-tuhan lain. Adapun jika ia hanya bermaksud untuk pengagungan sebagaimana yang terjadi pada banyak orang yang masuk berinteraksi dengan para raja orang-orang ‘ajam (non ‘Arab) dengan mencium tanah sebagai bentuk pengagungan padanya, maka itu bukanlah kekufuran sama sekali. Dan telah diketahui oleh semua ulama bahwa pengkafiran dengan sebab ilzaam termasuk sumber ketergelinciran terbesar…..” [As-Sailul-Jaraar, 1/979].
Meskipun bukan termasuk kesyirikan, namun sujud penghormatan itu diharamkan karena berpotensi menghantarkan kepada kesyirikan.
Wallaahu a’lam.
Semoga jawaban singkat ini ada manfaatnya.
[anakmuslimtaat’ – perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor - 24041435/24022014 – 01:30].
وأما ما يفعله عوام الفقراء وشبههم من سجودهم بين يدي المشايخ - وربما كانوا محدثين - فهو حرام بإجماع المسلمين
“Dan apa yang diperbuat oleh orang-orang faqir yang awam dan yang semisalnya dengan sujudnya mereka di hadapan masyaayikh– dan kadang mereka itu adalah muhadditsiin - , maka itu diharamkan dengan kesepakatan kaum muslimin” [Al-Majmuu’, 2/57].