Tawassul di Kubur Al-Imaam Al-Bukhaariy rahimahullah | Ilmu Islam

Sabtu, 22 Februari 2014

Tawassul di Kubur Al-Imaam Al-Bukhaariy rahimahullah

Adz-Dzahabiy rahimahullah menukil kisah:
وقال أبو علي الغساني: أخبرنا أبو الفتح نصر بن الحسن السكتي السمرقندي: قدم علينا بلنسية عام أربعة وستين وأربع مئة.
قال: قحط المطر عندنا بسمرقند في بعض الاعوام، فاستسقى الناس مرارا، فلم يسقوا.
فأتى رجل صالح معروف بالصلاح إلى قاضي سمرقند، فقال له: إني رأيت رأيا أعرضه عليك.
قال: وما هو ؟ قال: أرى أن تخرج ويخرج الناس معك إلى قبر الامام محمد بن إسماعيل البخاري، وقبره بخرتنك، ونستسقي عنده، فعسى الله أن يسقينا.
قال: فقال القاضي: نعم ما رأيت.
فخرج القاضي والناس معه، واستسقى القاضي بالناس، وبكى الناس عند القبر، وتشفعوا بصاحبه، فأرسل الله تعالى السماء بماء عظيم غزير، أقام الناس من أجله بخرتنك سبعة أيام أو نحوها، لا يستطيع أحد الوصول إلى سمرقند من كثرة المطر وغزارته، وبين خرتنك وسمرقند نحو ثلاثة أميال.
Dan telah berkata Abu ‘Aliy Al-Ghassaaniy : Telah mengkhabarkan kepada kami Abul-Fath Nashr bin Al-Hasan As-Sakatiy As-Samarqandiy : “Kami datang dari negeri Valencia (Spanyol) pada tahun 464 H. Selama beberapa tahun hujan tidak turun pada kami di negeri Samarqand. Orang-orang melakukan istisqaa’ (shalat meminta hujan) beberapa kali, namun hujan tidak juga turun. Maka, seorang laki-laki shalih yang dikenal dengan keshalihannya mendatangi qaadly negeri Samarqand. Ia berkata : “Sesungguhnya aku mempunyai satu pendapat yang hendak aku sampaikan kepadamu”. Qaadliy berkata : “Apa itu ?”. Ia berkata : “Aku berpandangan agar engkau keluar bersama orang-orang menuju kubur Al-Imaam Muhammad bin Ismaa’iil Al-Bukhaariy. Makam beliau ada di Kharantak. Lalu kita melakukan istisqaa’ di sisi kuburnya, semoga Allah menurunkan hujan kepada kita”. Qaadliy berkata : “Ya, aku setuju”.
Maka, sang Qaadliy pun keluar dan diikuti oleh orang-orang bersamanya. Qaadliy tersebut melakukan istisqaa’ bersama orang-orang. Orang-orang menangis di sisi kubur dan meminta syafa’at kepada penghuni kubur (Al-Imaam Al-Bukhaariy). Setelah itu, Allah ta’ala mengutus awan yang membawa hujan sangat lebat. Orang-orang tinggal di Kharantak selama kurang lebih tujuh hari. Tidak seorang pun yang dapat pulang ke Samarqand karena derasnya hujan yang turun. Jarak antara Kharantak dan Samarqand sekitar tiga mil” [Siyaru A’laamin-Nubalaa’, 12/469].
As-Subkiy rahimahullah juga membawakan riwayat ini dalam Thabaqaat Asy-Syaafi’iyyah Al-Kubraa 2/173, dari Abu ‘Aliy Al-Ghassaaniy.
Ada tiga orang yang mesti kita cermati sebagai titik krusial penilaian keshahihan riwayat ini, yaitu:
a.     Abu ‘Aliy Al-Ghassaaniy, namanya adalah : Husain bin Muhammad bin Ahmad, Abu ‘Aliy Al-Ghassaaniy; seorang imam yang tsiqah. Lahir pada tahun 427 H dan wafat tahun 498 H [Ash-Shillah, 1/233-235 no. 333].
b.     Adz-Dzahabiy lahir tahun 673 H dan wafat tahun 748 H.
c.      (Taajuddiin) As-Subkiy lahir tahun 727 H dan wafat tahun 771 H.
Riwayat tersebut terputus, karena antara Abu ‘Aliy Al-Ghassaaniy dengan Adz-Dzahabiy dan As-Subkiy rahimhumullahterpaut jarak yang cukup jauh. Dengan kata lain, riwayat ini tidak shahih.
Selain itu, isi riwayat bertentangan dengan nash dan atsar :
1.     Kubur Bukan Tempat untuk Shalat.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " الْأَرْضُ كُلُّهَا مَسْجِدٌ إِلَّا الْمَقْبَرَةَ وَالْحَمَّامَ "
Dari Abu Sa’iid, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Bumi ini semuanya merupakan masjid (tempat sujud untuk shalat) kecuali kuburan dan WC [Diriwayatkan oleh Ahmad 3/83, Abu Daawud no. 495, Ibnu Maajah no. 745, dan yang lainnya – takhrij selengkapnya silakan baca artikel ini].
عَن ابْنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " اجْعَلُوا فِي بُيُوتِكُمْ مِنْ صَلَاتِكُمْ، وَلَا تَتَّخِذُوهَا قُبُورًا "
Dari Ibnu ‘Umar, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Jadikanlah rumah-rumah kalian sebagai tempat untuk shalat, dan jangan menjadikannya sebagai kuburan” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 432 & 1187].
Ibnu Hajar rahimahullah berkata:
اِسْتَنْبَطَ مِنْ قَوْله فِي الْحَدِيث " وَلَا تَتَّخِذُوهَا قُبُورًا " أَنَّ الْقُبُور لَيْسَتْ بِمَحَلٍّ لِلْعِبَادَةِ فَتَكُون الصَّلَاة فِيهَا مَكْرُوهَة
“Dari sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallamdalam hadits : ‘Dan jangan menjadikannya (rumah) sebagai kuburan’; dapat disimpulkan bahwa kuburan bukan tempat untuk beribadah, sehingga shalat di sana menjadi dibenci” [Fathul-Baariy, 1/529].
2.     Tempat yang disunnahkan untuk melakukan shalat istisqaa’ adalah di tanah lapang.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ إِلَى الْمُصَلَّى فَاسْتَسْقَى فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ وَقَلَبَ رِدَاءَهُ، وَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ
Dari ‘Abdullah bin Zaid : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju tanah lapang (mushallaa) untuk melakukan shalat istisqaa’. Beliau menghadap kiblat seraya membalikkan selendangnya. Lalu beliau shalat dua raka’at” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1012].
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: شَكَا النَّاسُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُحُوطَ الْمَطَرِ، فَأَمَرَ بِمِنْبَرٍ فَوُضِعَ لَهُ فِي الْمُصَلَّى، وَوَعَدَ النَّاسَ يَوْمًا يَخْرُجُونَ فِيهِ،.....
Dari ‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhaa, ia berkata : “Orang-orang mengadu kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam karena (lama) tidak turun hujan. Maka beliau memerintahkan untuk mengambil dan meletakkan mimbar di tanah lapang (mushallaa), dan beliau membuat perjanjian dengan mereka agar mereka keluar pada hari yang telah ditentukan…………” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 1173; dihasankan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih Sunan Abi Daawud 1/320-321].
Hal ini dikarenakan tanah lapang lebih memuat banyak orang.
Ibnu Rajab Al-Hanbaliy rahimahullah berkata:
الخروج لصلاة الاستسقاء إلى المصلى مجمعٌ عليه بين العلماء
“Keluar menuju tanah lapang untuk mengerjakan shalat istisqaa’ telah disepakati di kalangan ulama” [Fathul-Bariy, 9/210].
Sebagian ulama lain menjelaskan kebolehannya dilakukan di masjid jaami’.
Al-Bukhaariy membuat judul bab dalam kitabnya :
باب الاستسقاء في المسجد الجامع
“Baab : Istisqaa’ di Masjid Jaami’” [Shahiih Al-Bukhaariy, 1/319].
Tidak ada riwayat – sepanjang pengetahuan kami – beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam melakukan atau memerintahkan manusia shalat istisqaa’ di kubur.
3.     Atsar ‘Umar bin Al-Khaththaab radliyallaahu ‘anhu.
عَنْ أَنَسٍ، أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَانَ إِذَا قَحَطُوا اسْتَسْقَى بِالْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، فَقَالَ: " اللَّهُمَّ إِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِينَا، وَإِنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا، قَالَ: فَيُسْقَوْنَ "
Dari Anas : Bahwasannya ‘Umar bin Al-Khaththaab radliyallaahu ‘anhu apabila terjadi kekeringan, maka ia berdoa melalui perantaraan Al-‘Abbaas bin ‘Abdil-Muthallib agar diturunkan hujan. Ia berkata: Ya Allah, sesungguhnya kami dahulu bertawassul kepada-Mu dengan perantaraan (doa) Nabi-Mu, Engkau pun menurunkan hujan kepada kami. Dan sekarang kami bertawassul kepada-Mu dengan perantaraan (doa) paman Nabi kami, maka berilah kami hujan”. Lalu turunlah hujan kepada mereka [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1010 & 3710].
‘Umar bin Al-Khaththaab radliyallaahu ‘anhu tidak pergi bertawassul ke kubur Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, padahal tidak diragukan lagi beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam lebih utama dibandingkan Al-‘Abbaas radliyallaahu ‘anhu. Tidak pula ada halangan bagi ‘Umar untuk hadir di kubur Nabi karena sama-sama di kota Madiinah. Namun ternyata ia malah mendatangi Al-‘Abbaas bertawassul melalui perantaraan doanya agar diturunkan hujan. Ini menunjukkan bertawassul minta turun hujan di kubur Nabi tidak disyari’atkan. Seandainya disyari’atkan, ‘Umar – atau para shahabat lain – tentu telah mendahului kita dalam hal ini.
Jika demikian, lantas bagaimana halnya dengan kuburan orang yang kedudukannya jauh di bawah kedudukan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam ?.
Pokok hujjah ada pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, bukan pada perbuatan perorangan, siapapun dia.
Wallaahu a’lam.
Semoga ada manfaatnya.

[anakmuslimtaat’ – perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor - 23041435/22022014 – 23:50].

Tawassul di Kubur Al-Imaam Al-Bukhaariy rahimahullah Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

 

Top