BANGSA terus ditimpa bencana. Belum usai bencana meletusnya gunung Sinabung di Kabupaten Karo Sumatera Utara yang mengakibatkan 17 nyawa melayang dan ribuan hektar ladang hancur tertimpa debu, Kamis (13/2/14) giliran Gunung Kelud di Kediri Jawa Timur meletus dan menebar abu vulkanik yang menutupi sejumlah kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah, bahkan getarannya dirasakan hingga ke Bali dan sebagian Jawa Barat.
Murka Gunung Kelud telah membuat panik warga yang tinggal di radius 20 kilometer dari kaki gunung yang sedang marah. Warga terpaksa mengungsi mencari tempat yang aman dibawah terpaan abu yang membatasi padangan hanya jarak 4 meter di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta. Jika di bandaran Adi Sucipto jarak pandang hanya 4 meter bagaimana di daerah Blitar, Kediri, dan Malang. Situasinya tentu jauh lebih parah.
Meletusnya Gunung Kelud tak hanya membuat puluhan ribu warga harus mengungsi. Tapi sejumlah penerbangan dari dan ke bandara Adi Sucipto dan bandara Adi Sumarmo dibatalkan karena jarak pandang yang sangat terbatas. Pembatalan itu akan berdampak terhadap bisnis terutama binis penerbangan.
Sambil bekerja keras untuk menyelamatkan saudar-saudara kita yang terdampak bahaya erupsi Gunung Kelud, kita perlu intropeksi. Sebagai bangsa yang mayoritas penduduknya muslim dan muslim terbesar di dunia, perlu muhasabah diri.
Jangan-jangan bencana yang susul nenyusul menimpa bangsa ini tak terlepas dari dosa-dosa yang kita lakukan. Alloh murka dengan tingkah laku kita yang terus melakukan pengrusakan. Kita tak hanya merusak alam dan lingkungan. Tapi moral bangsa juga telah rusak berat. Kita telah menjungkirbalikan nilai-nilai kehidupan. Yang halal diharamkan, yang haram dihalalkan.
Ulama yang mengajak kebaikan dipenjara misal Ustadz Sepuh KH. Abu Bakar Ba’asyir hafidzhahulloh fakkallohu’ asrohu, Ustadz al-’Asiir Abu Sulaiman Aman Abdurrahman hafidzhahulloh fakkallohu’ asrohu, dll.
Para ustadz dan aktifis yang mengajak untuk menegakkan syariah Islam ditembak mati tanpa melalui pengadilan. Kedzalimin bangsa ini terlalu besar terhadap orang-orang yang mengajak kepada jalan Alloh, bahkan anehnya memelihara densus 88 yang sebagai eksekutor untuk memenjarakan dan membunuh umat Islam yang berKTP Islam malah tanpa adanya alasan langsung tembak.
Murka Alloh. Kata itu harus kita patrikan dalam hati kita. Bahwa Alloh sedang murka dengan tingkah laku kita yang bangga dengan dosa-dosa. Bangga dengan perbuatan bejat, bangga dengan korupsi, bangga dengan mendzalimi para ulama robbani.
Murka Alloh menimpa kita karena kita sebagai bangsa telah terang-terangan menolak syariat Islam di bumi yang Alloh ciptakan ini.
Kita merasa tak membutuhkan Alloh. Kita telah merasa pintar untuk mengatasi kemarahan alam. Kita merasa telah memiliki teknologi yang menurut pikiran kita dapat mengalahkan takdir Alloh, dan kekuasaan Alloh. Kita terlau sombong dan sangat sombong kepada Alloh.
Peristiwa meletusnya gunung Kelud kiranya dapat menyadarkan bangsa ini bahwa Alloh yang maha kuasa. Alloh tak memberikan kekuasaan kepada kita kecuali sedikit. Kita ini adalah hambahnya yang harus mengabdi kepada-NYA. Kita harus bertaubat dengan taubatannasuha, agar kita selamat dari bencana yang terus menerus mendera bangsa ini. Mudah-mudahan Alloh mengampuni dosa-dosa kita dan menjauhkan kita dari marabahaya.
Muhammad Faisal S.Pd M.MPd
Aktivis Anti Pemurtadan dan Aliran Sesat