Dinosaurus dalam Islam | Ilmu Islam

Rabu, 06 Mei 2015

Dinosaurus dalam Islam

Tanya :Bagaimana perspektif Islam terhadap keberadaan binatang prasejarah di masa lampau seperti Dinosaurus dan yang semisalnya?. Adakah ia benar-benar pernah ada di bumi ? Dan benarkah seandainya kita tahu dan tidak tahu tentang masalah dinosaurus, tidaklah menambah iman maupun mengurangi iman kita ?.
Jawab :Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak menetapkan atau menafikkan keberadaan makhluk-makhluk tersebut di dunia secara spesifik. Yang disebutkan dalam nash-nash adalah bintang-binatang dengan jenis sebagaimana yang kita kenal sekarang seperti gajah, singa, anjing, burung, tikus, dan yang lainnya.
Keberadaan binatang-binatang prasejarah ditetapkan berdasarkan hasil penemuan fosil-fosil yang terpendam di dalam tanah berupa tulang, atau cetakan badan yang ada di bebatuan. Untuk menentukannya mesti ditanyakan kepada ahlinya yang mempunyai spesialisasi keilmuan di bidang tersebut, karena pengetahuan seperti ini adalah pengetahuan spesifik yang bersifat nadhariy, yang membutuhkan penelitian. Allah ta’ala berfirman:
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” [QS. An-Nahl : 43].
Para ahli telah menyatakan bahwa keberadaan fosil adalah realitas (fakta) adanya kehidupan di masa lampau, baik fosil tumbuhan maupun hewan. Misalnya ditemukannya fosil kepala buaya Uberabasuchus terrificus[1], tulang kaki spesies yang dinamakan Neuquenraptor argentinus[2], tengkorak Stegoceras[3], tengkorak Triceratops[4], T-rex[5], dan masih banyak yang lainnya. Sekali lagi, ini adalah fakta. Dengan kata lain, tidak mungkin ada bekas dan jejak apabila makhluk pemilik bekas dan jejak tersebut tidak ada. Oleh karena itu dikatakan : keberadaan binatang-binatang prasejarah tersebut adalah benar menurut para pakar/ahli yang membidangi ilmu tersebut. Setiap bidang mempunyai pakar masing-masing yang berhak bicara. Apakah pengetahuan tersebut mencapai derajat yakin/kepastian ?. Ya, bagi mereka yang telah menelitinya atau bersandar/percaya pada hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli; karena ini adalah ilmu nadhariy. Tentu saja, derajat keyakinan ilmu nadhariy seperti ini beda dengan ilmu-ilmu yang bersifat aksiomatik. Bagi mereka yang tidak menaruh perhatian dalam bidang ini, bisa jadi ia meragukannya atau bahkan mendustakannya.
Adapun bentuk rinci hasil ekstrapolasi dan peragaan dari fosil-fosil tersebut (seperti yang ada dalam film, animasi, gambar, dan patung/boneka), maka inilah yang masih diperdebatkan. Gambaran-gambaran yang ada hanyalah perkiraan saja sesuai yang dibayangkan oleh masing-masing peneliti.
Apakah binatang-binatang tersebut hidup di masa peradaban manusia jaman dahulu ?. Tidak ada yang mengetahui, karena masih sebatas perkiraan (teori). Nash-nash tidak menyebutkannya. Tidak ada yang tahu kapan persisnya Nabi Aadam ‘alaihis-salaam hidup, sehingga tidak dapat diperbandingkan dengan perkiraan usia fosil yang dihitung para ahli.
Seandainya binatang-binatang tersebut hidup di jaman sebelum peradaban manusia sebagaimana dikatakan sebagian orang, maka ini tidak mustahil, karena Allah ta’ala berfirman:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang ‘khalifah’ di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" [QS. Al-Baqarah : 30].
Khaliifah’ (pengganti) dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia hanyalah menggantikan makhluk sebelumnya. Telah ada makhluk lain yang eksis hidup lebih dahulu di bumi sebelum Aadam diturunkan. Lebih jelas lagi dengan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berikut:
خَلَقَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ التُّرْبَةَ يَوْمَ السَّبْتِ، وَخَلَقَ فِيهَا الْجِبَالَ يَوْمَ الْأَحَدِ، وَخَلَقَ الشَّجَرَ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ، وَخَلَقَ الْمَكْرُوهَ يَوْمَ الثُّلَاثَاءِ، وَخَلَقَ النُّورَ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ، وَبَثَّ فِيهَا الدَّوَابَّ يَوْمَ الْخَمِيسِ، وَخَلَقَ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَام بَعْدَ الْعَصْرِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فِي آخِرِ الْخَلْقِ فِي آخِرِ سَاعَةٍ مِنْ سَاعَاتِ الْجُمُعَةِ، فِيمَا بَيْنَ الْعَصْرِ إِلَى اللَّيْلِ
Allah ‘azza wa jalla menciptakan tanah pada hari Sabtu. Menciptakan gunung-gunung padanya pada hari Ahad. Menciptakan pepohonan pada hari Senin. Menciptakan hal-hal yang dibenci (keburukan) pada hari Selasa. Menciptakan cahaya pada hari Rabu. Mengembang-biakkan binatang-binatang pada hari Kamis. Dan menciptakan Aadam ‘alaihis-salaam setelah waktu ‘Ashar hari Jum’at pada akhir penciptaan, yaitu pada akhir waktu hari Jum’at antara ‘Ashar hingga malam” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2789].
Hadits di atas memberikan faedah bahwa tumbuhan dan binatang Allah ciptakan lebih dahulu di bumi sebelum Ia menciptakan Aadam. Tentang perincian apa saja tumbuhan dan binatang yang Allah ciptakan pada masa awal penciptaan, hanya Allah ta’ala yang mengetahuinya.
Barangkali benar jika dikatakan bahwa tidak mengetahui masalah dinosaurus tidak akan mengurangi keimanan seseorang, karena mengetahui hal tersebut bukan sesuatu yang dituntut oleh agama dan bermanfaat bagi kehidupan pribadi dunianya. Namun jika dikatakan mengetahui permasalahan dinosaurus dan kehidupan prasejarah pasti tidak akan menambah keimanan si empunya, maka ini tidak benar. Ketika seseorang dengan pengetahuan dunia yang dimilikinya semakin bertambah yakin terhadap Penciptanya (Al-Khaaliq, Allah ‘azza wa jalla) bahwa Ia adalah sebaik-baik Pencipta, segala sesuatu yang Ia ciptakan pasti ada hikmahnya dan tidak sia-sia[6]meskipun manusia belum mengetahuinya, atau membenarkan nash-nash; maka pada saat itu imannya bertambah. Atau dengan pengetahuan yang ia miliki tersebut, ia membuka cabang ilmu pengetahuan lain yang memberikan manfaat bagi manusia, sehingga pada saat itu pula lah keimanannya juga bertambah karena amal kebaikan.
Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
Semoga jawaban ini ada manfaatnya.
[anakmuslimtaat’ – perumahan ciomas permai – 06052015 – 02:04].




[2]      Silakan baca : Nationalgeographicdan Researchnews.
[3]      Silakan baca : Wikipedia dan Robertmsullivanphd.
[4]      Silakan baca : Wikipedia dan Nhmdotcom.
[5]      Silakan baca : Wikipedia_T-Rex , Wikipedia_Sue, danWireddotcom.
[6]      Allah ta’alaberfirman:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ * الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” [QS. Aali ‘Imraan : 190-191].

Dinosaurus dalam Islam Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

 

Top