Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا * وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang” [QS. Al-Ahzaab : 41-42].
Qataadah rahimahullah berkata tentang ayat di atas : ‘Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang’ :
صلاة الصبح، وصلاة العصر
“Shalat Shubuh dan shalat ‘Ashar” [Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq dalam At-Tafsiir no. 2354, dan dibawakan Ibnu Abi Haatim dalam Tafsiir-nya no. 17702].
Meski di atas disebutkan shalat, akan tetapi makna menunjukkan waktu Shubuh dan ‘Ashar.
Al-Jauhariy rahimahullah berkata:
والأَصيلُ: الوقت بعد العصر إلى المغرب
“Dan al-ashiil artinya adalah waktu setelah ‘Ashar hingga Maghrib” [Ash-Shihaah fil-Lughah, 1/15 – via Syamilah].
Penulis kitab Mukhtaarush-Shihaah(1/11) mengatakan hal yang sama.
Allah ta’ala berfirman:
وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالإبْكَارِ
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari” [QS. Aali ‘Imraan : 41].
وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ وَالإبْكَارِ
“Dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi” [QS. Al-Mukmin : 55].
Qataadah rahimahullah berkata tentang makna ayat : ‘pada waktu petang dan pagi’:
صَلاةُ الْفَجْرِ وَصَلاةُ الْعَصْرِ وَكُلُّ شَيْءٍ فِي الْقُرْآنِ مِنْ ذِكْرِ التَّسْبِيحِ فَهِيَ الصَّلاةُ
“Shalat Shubuh dan shalat ‘Ashar. Dan segala sesuatu di dalam Al-Qur’an yang menyebutkan tasbiih, maka artinya adalah shalat” [Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq dalam Tafsiir-nya no. 2683].
Mujaahid rahimahullah berkata tentang makna ayat : ‘pada waktu petang dan pagi’:
الإِبْكَارُ: أَوَّلُ الْفَجْرِ، وَالْعَشِيُّ: مَيْلُ الشَّمْسِ حَتَّى تَغِيبَ
“Al-ibkaar adalah awal waktu fajar, sedangkan al-‘asyiy adalah condongnya matahari (di siang hari) hingga terbenamnya” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabariy dalam Jaami’ul-Bayaan, 2/392-393 dan Al-Bukhaariy no. 3246; shahih].
Allah ta’ala berfirman:
وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ
“Dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam (nya)” [QS. Qaaf : 39].
Beberapa ayat di atas menjelaskan perintah dan sekaligus keutamaan berdzikir pada waktu sebelum terbit dan terbenamnya matahari. Itu dikuatkan oleh riwayat berikut:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُونَ اللَّهَ تَعَالَى مِنْ صَلَاةِ الْغَدَاةِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتِقَ أَرْبَعَةً مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيل، وَلَأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُونَ اللَّهَ مِنْ صَلَاةِ الْعَصْرِ إِلَى أَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ أَحَبُّ إِلَيَّ مَنْ أَنْ أَعْتِقَ أَرْبَعَةً "
Dari Anas bin Maalik, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Aku duduk bersama orang-orang yang berdzikir kepada Allah ta’ala mulai shalat Shubuh hingga terbit matahari lebih aku senangi daripada memerdekakan empat orang budak dari anak Ismaa’iil. Dan aku duduk bersama orang-orang yang berdzikir kepada Allah mulai shalat ‘Ashar hingga tenggelam matahari lebih aku senangi daripada memerdekakan empat orang budak” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 3667, Al-Baihaqiy dalam Al-Kubraa 8/38 (8/68) no. 15960, Adl-Dliyaa’ dalam Al-Mukhtarah no. 2173, dan yang lainnya; dihasankan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih Sunan Abi Daawud 2/413].
Riwayat ini menjelaskan pada kita tentang keutamaan berdzikir di waktu pagi dan sore hari, yaitu sebelum terbit dan tenggelamnya matahari.
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بَزِيعٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الأَعْلَى، حَدَّثَنَا دَاوُدُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مَنْ قَالَ: لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ، وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، مِائَتَيْ مَرَّةٍ لَمْ يُدْرِكْهُ أَحَدٌ بَعْدَهُ، إِلا مَنْ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ أَوْ أَفْضَلَ "
Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin ‘Abdillah bin Bazii’ : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-A’laa : Telah menceritakan kepada kami Daawud, dari ‘Amru bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan ‘Laa ilaha illallaahu wahdahu laa syariika lahu, lahul-mulku wa lahul-hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai-in qadiir’ sebanyak dua ratus kali, tidak akan disamai oleh seorang pun kecuali orang yang mengucapkan semisal dengannya atau lebih banyak” [Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy dalam Al-Kubraa no. 10336; sanadnya shahih].
Dalam riwayat lain disebutkan dengan lafadh:
مَنْ قَالَ: لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ، وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ مِائَةَ مَرَّةٍ إِذَا أَصْبَحَ، وَمِائَةَ مَرَّةٍ إِذَا أَمْسَى، لَمْ يَأْتِ أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِنْهُ إِلا مَنْ قَالَ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ "
“Barangsiapa yang mengucapkan ‘Laa ilaha illallaahu wahdahu laa syariika lahu, lahul-mulku wa lahul-hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai-in qadiir’ sebanyak seratus kali di pagi hari dan seratus kali di sore hari (amsaa), tidak akan disamai oleh seorang pun kecuali orang yang mengucapkan semisal dengannya atau lebih banyak” [idem no. 10335; sanadnya shahih].
Dalam riwayat lain dari jalur Al-Auzaa’iy dari ‘Amru bin Syu’aib; disebutkan dengan lafadh:
.....قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا......
“……sebelum terbit matahari dan sebelum tenggelamnya…..“ [Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy dalam Al-Kubraa no. 10588 dan dalam ‘Amalul-Yaum wal-Lailah hal. 476-477 no. 821 dan Ath-Thabaraaniy dalam Asy-Syaamiyyiin no. 516; sanadnya shahih].
Tiga riwayat di atas saling menjelaskan bahwa kata al-masaa’ maknanya adalah sore sebelum tenggelam matahari. Ini sesuai dengan makna dalam bahasa Arab itu sendiri.
المساء: بالفتح ج أمسية، الزمان ما بعد الظهر إلى المغرب
“Al-masaa’, jamaknya amsiyyah; yaitu waktu antara dhuhur hingga maghrib” [Mu’jamu Lughatil-Fuqahaa’, hal. 424].
والمَساء بعذ الظهر إِلى صلاة المغرب وقال بعضهم إِلى نصف الليل
“Al-masaa’, adalah waktu setelah shalat Dhuhur hingga shalat maghrib. Dan sebagian mereka berkata : ‘Hingga pertengahan malam” [Lisaanul-‘Arab, hal. 4206].
( المساء ) ما يقابل الصباح وزمان يمتد من الظهر إلى المغرب أو إلى نصف الليل ( ج ) أمسية
“(Al-masaa’) adalah kebalikan dari ash-shabaah dan waktu yang terbentang dari dhuhur hingga maghrib atau hingga pertengahan malam. Jamaknya amsiyyah” [Al-Mu’jamul-Wasiith, hal. 870].
Jika kita perhatikan dalil-dalil yang disebutkan di atas, lafadh-lafadh anjuran untuk berdzikir di waktu sore dengan menggunakan lafadh al-masaa’, maksudnya adalah waktu setelah ‘ashar hingga maghrib sebelum terbenamnya matahari.[1] Inilah pendapat yang dikuatkan oleh Ibnul-Qayyim [Al-Waabilush-Shayyib, hal. 239-240].
Hal ini dikecualikan apabila ada keterangan dzikir tersebut diucapkan pada waktu malam (setelah tenggelamnya matahari) – karena makna al-masaa’ menurut sebagian ulama juga meliputi waktu hingga pertengahan malam. Misalnya dzikir sayyidul-istighfar:
عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " سَيِّدُ الِاسْتِغْفَارِ: اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، إِذَا قَالَ حِينَ يُمْسِي فَمَاتَ، دَخَلَ الْجَنَّةَ، أَوْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَإِذَا قَالَ حِينَ يُصْبِحُ فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ مِثْلَهُ "
Dari Syaddaad bin Aus, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Ucapan sayyidul-istighfaar adalah : ‘Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada ilah (yang berhak disembah dengan benar) kecuali Engkau. Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia dengan perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku mengakui nikmat-Mu (yang diberikan) kepadaku dan aku mengakui dosaku. Oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosaku kecuali Engkau. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan (apa) yang kuperbuat’. Apabila seseorang mengucapkannya pada sore harilalu meninggal, niscaya ia masuk surga – atau : ia termasuk penduduk surga. Dan apabila seseorang membacanya pada pagi hari lalu meninggal pada hari itu, ia pun mendapat ganjaran yang sama” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6323].
Dalam riwayat lain disebutkan dengan lafadh:
وَمَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِيَ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
“Dan barangsiapa yang mengucapkannya pada siang hari dengan penuh keyakinan lalu meninggal sebelum sore hari, maka ia termasuk penduduk surga. Dan barangsiapa yang mengucapkannya pada waktu malam dengan penuh keyakinan sebelum pagihari, maka ia termasuk dari peduduksurga” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6306].
Wallaahu a’lam.
Semoga ada manfaatnya.
[anakmuslimtaat’ – 13032014 – 01:00].
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ إِذَا أَصْبَحَ: اللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا وَبِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ نَحْيَا وَبِكَ نَمُوتُ، وَإِلَيْكَ النُّشُورُ، وَإِذَا أَمْسَى قَالَ: اللَّهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ نَحْيَا وَبِكَ نَمُوتُ، وَإِلَيْكَ النُّشُورُ "
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, bahwasannya beliau apabila memasuki waktu shubuh mengucapkan: ‘Ya Allah, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu pagi, dan dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu sore. Dengan rahmat dan kehendak-Mu kami hidup, dan dengan rahmat dan kehendak-Mu kami mati. Dan kepada-Mu kebangkitan (bagi semua makhluk)’. Dan apabila memasuki waktu sore mengucapkan : ‘Ya Allah, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu sore, dan dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu pagi. Dengan rahmat dan kehendak-Mu kami hidup, dan dengan rahmat dan kehendak-Mu kami mati. Dan kepada-Mu tempat kembali (bagi semua makhluk)” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 5068; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih Sunan Abi Daawud 3/246-247].
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَمْسَى، قَالَ: " أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ ". قَالَ الْحَسَنُ: فَحَدَّثَنِي الزُّبَيْدُ أَنَّهُ حَفِظَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ فِي هَذَا: لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، اللَّهُمَّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ هَذِهِ اللَّيْلَةِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هَذِهِ اللَّيْلَةِ، وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوءِ الْكِبَرِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ "
Dari ‘Abdullah bin Mas’uud, ia berkata : Adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki waktu sore mengucapkan : ‘Kami telah memasuki waktu sore dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji hanya milik Allah. Tidak ada ilah (yang berhak disembah dengan benar) kecuali Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Wahai Rabb, aku mohon kepada-Mu kebaikan di malam ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan malam ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Rabb, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kejelekan hari tua. Wahai Rabb, aku berlindung kepada-Mu dari siksaan neraka dan kubur” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2723].