Ibnu Abid-Dun-yaa rahimahullah berkata :
حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا سَيَّارٌ، حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ حَدَّثَنَا أَبُو عِمْرَانَ الْجَوْنِيُّ، قَالَ: " أَدْرَكْتُ أَرْبَعَةً مِنْ أَفْضَلِ مَنْ أَدْرَكْتُ، فَكَانُوا يَكْرَهُونَ أَنْ يَقُولُوا: اللَّهُمَّ أَعْتِقْنَا مِنَ النَّارِ، وَيَقُولُونَ: إِنَّمَا يُعْتَقُ مِنْهَا مَنْ دَخَلَهَا، وَكَانُوا يَقُولُونَ: نَسْتَجِيرُ بِاللَّهِ مِنَ النَّارِ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ النَّارِ "
Telah menceritakan kepada kami Haaruun bin ‘Abdillah : Telah menceritakan kepada kami Sayyaar : Telah menceritakan kepada kami Ja’far : Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Imraan Al-Jauniy, ia berkata : “Aku telah bertemu dengan empat orang dari kalangan seutama-utama orang yang pernah aku temui. Mereka membenci berdoa : ‘Allaahumma a’tiqnaa minan-naar (Ya Allah, bebaskanlah aku dari neraka)’. Mereka berkata : ‘Orang yang dibebaskan dari neraka adalah orang yang pernah memasukinya’. Akan tetapi mereka mengatakan : ‘Nastajiiru billaahi minan-naar wa na’uudzu billaahi minan-naar (Kami memohon perlindungan kepada Allah dari api neraka dan kami berlindung kepada Allah dari api neraka)” [Ash-Shamt no. 348].
Keterangan para perawinya adalah sebagai berikut :
1. Haaruun bin ‘Abdillah bin Marwaan Al-Baghdaadiy, Abu Muusaa Al-Bazzaaz Al-Haafidh – terkenal dengan nama Al-Hammaam; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-10 dan wafat tahun 243 H. Dipakai oleh Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1014 no. 7284].
2. Sayyaar bin Haatim Al-‘Anaziy, Abu Salamah Al-Bashriy; seorang yang shaduuq, namun mempunyai beberapa keraguan. Termasuk thabaqah ke-9, dan wafat tahun 200 H atau sebelumnya. Dipakai oleh At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 427 no. 2729].
Al-Qawaariiriy mengatakan bahwa ia tidak berakal, namun tidak berdusta. Ibnu Hibbaan menyebutkannya dalam Ats-Tsiqaat. Ibnu Ma’iin berkata : “Ia seorang yang shaduuq lagi tsiqah, tidak mengapa dengannya. Namun aku tidak menulis sedikitpun darinya”. Al-Fasawiy berkata : “Tidak setiap orang mengambil riwayat darinya. Tidaklah aku dulu meriwayatkan darinya”. Abu Ahmad Al-Haakim berkata : “Dalam haditsnya ada sebagian pengingkaran (manaakiir)’. Al-‘Uqailiy berkata : “Hadits-haditsnya diingkari, Ibnul-Madiiniy telah melemahkannya”. Al-Azdiy berkata : “Padanya terdapat pengingkaran”. Al-Haakim menshahihkan haditsnya dan berkata : “Adapun Abu Salamah Sayyaar bin Haatim Az-Zaahid, maka ia seorang ahli ibadah. Ahmad bin Hanbal banyak meriwayatkan hadits darinya”. Al-Mizziy rahimahullah mengatakan bahwa ia mempunyai riwayat yang sangat banyak dari Ja’far Adl-Dluba’iy [lihat : Al-Mustadrak 1/122, Tahdziibul-Kamaal12/307-308, dan Tahdziibut-Tahdziib 4/290].
3. Ja’far bin Sulaimaan Adl-Dluba’iy, Abu Sulaimaan Al-Bashriy; seorang yang shaduuq, namun berpemahaman tasyayyu’. Termasuk thabaqah ke-8, dan wafat tahun 178 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 199 no. 950].
4. Abu ‘Imraan Al-Jauniy, namanya adalah : ‘Abdul-Malik bin Habiib Al-Azdiy/Al-Kindiy – masyhur dengan kun-yah-nya; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-4, dan wafat tahun 128 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 621 no. 4200].
Diriwayatkan juga oleh Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah 2/314 : Telah menceritakan kepadaku Ahmad bin Ja’far bin Hamdaan : Telah menceritakan kepadaku Sayyaar, dan selanjutnya seperti sanad di atas.
Asy-Syaikh ‘Aliy Al-Halabiy hafidhahullah mengatakan bahwa sanad riwayat tersebut jayyid.
Ath-Thahawiy rahimahullah berkata :
حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ الْفَرْجِ، قَالَ: حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ عَدِيٍّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ عَاصِمٍ، قَالَ: كَانَ أَبُو وَائِلٍ يَكْرَهُ أَنْ يَقُولَ الرَّجُلُ: اللَّهُمَّ أَعْتِقْنِي مِنَ النَّارِ. وَقَالَ: إنَّمَا يَعْتِقُ مَنْ يَرْجُو الثَّوَابَ
Telah menceritakan kepada kami Rauh bin Al-Farj, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Yuusuf bin ‘Adiy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin ‘Ayyaasy, dari ‘Aashim, ia berkata : “Adalah Abu Waail membenci seseorang yang berkata : ‘Ya Allah, bebaskanlah aku dari neraka. Membebaskan itu hanyalah orang yang mengharapkan upah (dan Maha Tinggi Allah dari hal tersebut – anakmuslimtaat’)” [Syarh Musykiilil-Aatsaar 4/358].
Keterangan para perawinya adalah sebagai berikut :
1. Rauh bin Al-Faraj Al-Qaththaan, Abul-Zinbaa’ Al-Mishriy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqahke-11, lahir tahun 198 H, dan wafat tahun 282 H [Taqriibut-Tahdziib, hal. 330 no. 1978].
2. Yuusuf bin ‘Adiy bin Zuraiq bin Ismaa’iil At-Taimiy, Abu Ya’quub Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-10, dan wafat tahun 232 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy dan An-Nasaa’iy [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1094 no. 7929].
3. Abu Bakr bin ‘Ayyaasy bin Saalim Al-Asadiy Al-Kuufiy Al-Muqri’ Al-Hanaath; seorang yang tsiqah lagi ‘aabid, namun ketika beranjak tua, hapalannya berubah/jelek, dan kitabnya adalah shahih. Termasuk thabaqah ke-7, lahir tahun 95 H/96 H/100 H, dan wafat tahun 194 H atau dikatakan setahun atau dua tahun sebelum itu. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1118 no. 8042].
4. ‘Aashim bin Bahdalah/Ibnu Abin-Nujuud Al-Asadiy Al-Kuufiy, Abu Bakr Al-Muqri’; seorang yang shaduuq, namun mempunyai beberapa keraguan (wahm). Termasuk thabaqah ke-6, wafat tahun 128 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 471 no. 3071].
5. Abu Waail, namanya adalah : Syaqiiq bin Salamah Al-Asadiy Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-2, wafat pada pemerintahan ‘Umar bin ‘Abdil-‘Aziiz. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 439 no. 2832].
Al-Arna’uth berkata : “Sanadnya hasan”.
Orang yang mengatakan : Allaahumma a’tiqnii minan-naar (ya Allah, bebaskanlah aku dari neraka) – seakan-akan ia mengetahui dirinya termasuk ahli neraka yang kemudian keluar darinya. Atau minimal, ia menyangka dirinya dengan sangkaan yang buruk bahwa ia termasuk orang yang berhak masuk neraka, kemudian ia memohon kepada Allah agar membebaskan dirinya dari neraka.
Adapun perintah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah agar kita berdoa dengan sangkaan yang baik (kepada Allah ta'ala), penuh optimis mengharapkan surga, dan agar dijauhkan atau diberikan perlindungan dari (masuk ke dalam) neraka.
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ خُلَيْدٍ، قَالَ: نا أَبُو تَوْبَةَ، قَالَ: نا مُحَمَّدُ بْنُ مُهَاجِرٍ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ عُبَيْدَةَ، عَنْ حَيَّانَ أَبِي النَّضْرِ، قَالَ: لَقِيتُ وَاثِلَةَ بْنَ الأَسْقَعِ، فقال: سمعت رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " قَالَ عَزَّ وَجَلَّ: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، إِنَّ ظَنَّ خَيْرًا فَخَيْرٌ، وَإِنَّ ظَنَّ شَرًّا فَشَرٌّ "
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Khulaid, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Taubah, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin Muhaajir, dari Yaziid bin ‘Ubaidah, dari Hayyaan Abun-Nadlr, ia berkata : Aku berjumpa dengan Waatsilah bin Al-Asqa’, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Allah ‘azza wa jalla berfirman : ‘Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berprasangka baik, maka baik. Dan apabila ia berprasangka buruk, maka buruk” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath no. 401; shahih].
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ، عَنْ مَالِكٍ، عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لَا يَقُولَنَّ أَحَدُكُمُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ، اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي إِنْ شِئْتَ لِيَعْزِمْ الْمَسْأَلَةَ، فَإِنَّهُ لَا مُكْرِهَ لَهُ "
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Maslamah, dari Maalik, dari Abuz-Zinaad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jangan salah seorang di antara kalian mengatakan (dalam doanya) : Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau berkehendak. Ya Allah, rahmatilah aku jika Engkau berkehendak’. Seharusnya ia bersungguh-sungguh dalam permintaannya/doanya, karena tiada sesuatu pun yang memaksa-Nya untuk berbuat sesuatu" [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6339].
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنَا فُلَيْحٌ، عَنْ هِلَالِ بْنِ عَلِيٍّ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " ......فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ، فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ، وَأَعْلَى الْجَنَّةِ.....
Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Shaalih : Telah menceritakan kepada kami Fulaih, dari Hilaal bin ‘Aliy, dari ‘Athaa’ bin Yasaar, dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam: “.....Apabila kalian memohon kepada Allah, maka mohonlah surga Firdaus, karena ia adalah surga yang letaknya paling tengah dan paling tinggi.....” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 2790].
حَدَّثَنَا حُجَيْنُ بْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ بُرَيْدِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الْجَنَّةَ ثَلَاثًا، قَالَتْ الْجَنَّةُ: اللَّهُمَّ أَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَمَنْ اسْتَعَاذَ بِاللَّهِ مِنَ النَّارِ ثَلَاثًا، قَالَتْ النَّارُ: اللَّهُمَّ أَعِذْهُ مِنَ النَّارِ "
Telah menceritakan kepada kami Hujain bin Al-Mutsannaa : Telah menceritakan kepada kami Israaiil, dari Abu Ishaaq, dari Buraidah bin Abi Maryam, dari Anas bin Maalik, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa yang memohon kepada Allah surga sebanyak tiga kali, maka surga berkata : ‘Ya Allah, masukkanlah ia ke dalam surga’. Dan barangsiapa berlindung kepada Allah dari api neraka sebanyak tiga kali, maka neraka akan berkata : ‘Ya Allah, lindungilah ia dari neraka” [Diriwayatkan oleh Ahmad, 3/208].
Al-Arna’uth berkata : “Sanadnya shahih, para perawinya tsiqaat, termasuk para perawi Asy-Syaikhain, kecuali Buraid bin Abi Maryam. Al-Bukhaariy dan Ashhaabus-Sunan telah meriwayatkan darinya dalam Al-Adabul-Mufrad, dan ia seorang yang tsiqah” [selesai].
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ، عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: " كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ فِي سَفَرٍ فَأَسْحَرَ، يَقُولُ: سَمِعَ سَامِعٌ بِحَمْدِ اللَّهِ وَنِعْمَتِهِ وَحُسْنِ بَلَائِهِ عَلَيْنَا، اللَّهُمَّ صَاحِبْنَا فَأَفْضِلْ عَلَيْنَا، عَائِذًا بِاللَّهِ مِنَ النَّارِ "
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Shaalih : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Wahb, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepadaku Sulaimaan bin Bilaal, dari Suhail bin Abi Shaalih, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, ia berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam apabila melakukan safar dan masuk waktu sahur, beliau berdoa : “semoga Allah mendengar pujian kami kepada-Nya, limpahan nikmat-Nya, dan baiknya cobaan yang diberikan kepada kami. Ya Allah, temanilah kami dan berikanlah karunia-Mu kepada kami’ – seraya meminta perlindungan kepada Allah” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 5086].
Al-Albaaniy rahimahullah berkata : “Shahih” [Shahiih Sunan Abi Daawud, 3/249-250].
أَخْبَرَنِي الْعَبَّاسُ بْنُ الْوَلِيدِ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي، قَالَ: ثَنَا الأَوْزَاعِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ النَّارِ، وَعَذَابِ الْقَبْرِ، وَمَنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمَنْ شَرِّ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ "
Telah mengkhabarkan kepada kami Al-‘Abbaas bin Al-Waliid, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku ayahki, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Al-Auzaa’iy, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Yahyaa bin Abi Katsiir, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Abu Salamah bin ‘Abdirrahmaan, ia berkata : Aku mendengar Abu Hurairah berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Berlindunglah kalian kepada Allah dari ‘adzab neraka, ‘adzab kubur, fitnah kehidupan dan sesudah mati, dan dari kejelakan Al-Masiih Ad-Dajjaal” [Diriwayatkan oleh Abu ‘Awaanah no. 2044; shahih].
عَنِ ابْنِ التَّيْمِيِّ، عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، قَالَ: " طُفْتُ مَعَ عَبْدِ اللَّهِ ابْنِ عَمْرٍو، فَلَمَّا فَرَغْنَا مِنَ السَّبْعِ رَكَعْنَا فِي دُبُرِ الْكَعْبَةِ، فَقُلْتُ: أَلا تَتَعَوَّذُ؟ قَالَ: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ النَّارِ، ثُمَّ مَشَى، فَاسْتَلَمَ الرُّكْنَ
Dari Ibnu Taimiy, dari ‘Amru bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata : Aku pernah thawaf bersama ‘Abdullah bin ‘Amru. Ketika kami selesai dari tujuh putaran, kami rukuk di belakang Ka;bah. Aku bertanya : “Tidakkah engkau berdoa meminta perlindungan kepada Allah ?”. Ia berkata : “A’uudzu billaah minan-naar (Aku berlindung kepada Allah dari neraka)”. Kemudian ia berjalan lagi, lalu mengusap Rukun....” [Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq no. 9043; sanadnya hasan].
Wallaahu a’lam.
Mengambil faedah dari penjelasan Asy-Syaikh ‘Aliy Al-Halabiy hafidhahullah yang ada di :
[anakmuslimtaat’ – sardonoharjo, ngaglik, sleman, yogyakarta, 01072012].