Di blog ini pernah dibahas masalah hukum qunut Shubuh yang menyimpulkan – dari perbedaan pendapat di kalangan ulama yang ada - , amalan tersebut tidak disyari’atkan. Kali ini kita akan melihat bagaimana madzhab mayoritas salaf yang berkesesuaian dengan hal tersebut.
1. Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsmaan, dan Thaariq bin Asyyam radliyallaahu ‘anhum.
حَدَّثَنَا ابْنُ إِدْرِيسَ، عَنْ أَبِي مَالِكٍ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: " قُلْتُ لَهُ صَلَّيْتَ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ: أَفَكَانُوا يَقْنُتُونَ؟ فَقَالَ: لَا يَا بُنَيَّ، هِيَ مُحْدَثَةٌ
Telah menceritakan kepada kami Ibnu Idriis, dari Abu Maalik, dari ayahnya; ia (Abu Maalik) berkata : “Aku berkata kepadanya : ‘Engkau pernah shalat di belakang Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsmaan. Apakah mereka semua melakukan qunut (dalam shalat Shubuh) ?”. Ia menjawab : “Tidak wahai anakku. Perbuatan itu adalah muhdats (diada-adakan)” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/308 (5/21) no. 7034; sanadnya shahih].
2. ‘Umar bin Al-Khaththaab radliyallaahu ‘anhu.
عَنِ الثَّوْرِيِّ، عَنْ مَنْصُورٍ، وَالأَعْمَشِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنِ الأَسْوَدِ بْنِ يَزِيدَ، وَعَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ الأَوْدِيِّ، قَالا: " صَلَّيْنَا خَلْفَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ الْفَجْرَ، فَلَمْ يَقْنُتْ "
Dari Ats-Tsauriy, dari Manshuur dan Al-A’masy, dari Ibraahiim, dari Al-Aswad bin Yaziid dan ‘Amru bin Maimuun, mereka berdua berkata : “Kami pernah shalat Shubuh di belakang ‘Umar bin Al-Khaththaab dan ia tidak melakukan qunut” [Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq 3/106 no. 4948; sanadnya shahih].
حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي دَاوُدَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ صَالِحٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو شِهَابٍ، عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ عَلْقَمَةَ، وَالأَسْوَدِ، وَمَسْرُوقٍ أَنَّهُمْ، قَالُوا: " كُنَّا نُصَلِّي خَلْفَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ الْفَجْرَ فَلَمْ يَقْنُتْ "
Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Daawud, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-Hamiid bin Shaalih, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu Syihaab, dari Al-A’masy, dari Ibraahiim, dari ‘Alqamah, Al-Aswad, dan Masruuq, mereka semua berkata : “Kami shalat Shubuh di belakang ‘Umar radliyallaahu ‘anhu, dan ia tidak melakukan qunut” [Diriwayatkan oleh Ath-Thahawiy dalam Syarh Ma’aanil-Aatsaar 1/250 no. 1486; sanadnya shahih[1]].
3. ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu.
عَنِ الشَّعْبِيّ، قَالَ: " لَمَّا قَنَتَ عَلِيٌّ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ أَنْكَرَ النَّاسُ ذَلِكَ، قَالَ: فَقَالَ: إِنَّمَا اسْتَنْصَرْنَا عَلَى عَدُوِّنَا "
Dari Asy-Sya’biy, ia berkata : “Ketika ‘Aliy melakukan qunut dalam shalat Shubuh, orang-orang mengingkarinya. Lalu ‘Aliy berkata : ‘Itu kami lakukan hanyalah untuk meminta pertolongan kepada Allah untuk mengalahkan musuh kami[2]” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/310 (5/26) no. 7055; sanadnya shahih[3]].
Riwayat ini memberikan penjelasan pada kita qunut yang dilakukan ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu adalah qunut nazilah.[4]Hal ini sekaligus memberikan penjelasan tambahan bahwa riwayat-riwayat lain yang ternukil dari ‘Aliy bahwa ia melakukan qunut pada waktu shalat Shubuh bukan qunut yang didawamkan seperti yang dimaksudkan dalam bahasan ini, akan tetapi qunut nazilah.
Faedah lain : Pengingkaran orang-orang kepada ‘Aliy menunjukkan bahwa ‘Aliy sebelumnya tidak pernah melakukan qunut pada waktu shalat Shubuh, dan qunut di waktu shalat Shubuh tidak lazim dilakukan.
4. ‘Abdullah bin Mas’uud radliyallaahu ‘anhu.
حَدَّثَنَا فُضَيْلُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْمَلَطِيُّ، ثنا أَبُو نُعَيْمٍ، ثنا أَبُو الْعُمَيْسِ، حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الأَسْوَدِ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: " كَانَ عَبْدُ اللَّهِ، لا يَقْنُتُ فِي صَلاةِ الْغَدَاةِ، وَإِذَا قَنَتَ فِي الْوِتْرِ قَنَتَ قَبْلَ الرَّكْعَةِ "
Telah menceritakan kepada kami Fudlail bin Muhammad Al-Malathiy : Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim : Telah menceritakan kepada kami Abul-‘Umais : Telah menceritakan kepadaku ‘Abdurrahmaan bin Al-Aswad, dari ayahnya, ia berkata : “’Abdullah (bin Mas’uud) tidak melakukan qunut dalam shalat Shubuh. Apabila ia melakukan qunut dalam shalat witir, ia melakukannya sebelum rukuk” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraaniy dalam Al-Kabiir, 9/272 no. 9166; sanadnya shahih].
5. ‘Abdullah bin ‘Abbaas radliyallaahu ‘anhumaa.
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ وَاقِدٍ مَوْلَى زَيْدِ بْنِ خُلَيْدَةَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، وَابْنِ عُمَرَ، أَنَّهُمَا كَانَا لَا يَقْنُتَانِ فِي الْفَجْرِ
Telah menceritakan kepada kami Wakii’, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Sufyaan, dari Waaqid maulaa Zaid bin Khulaidah, dari Sa’iid bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbaas dan Ibnu ‘Umar : Bahwasannya keduanya tidak melakukan qunut dalam shalat Shubuh [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/309 (5/23) no. 7043; sanadnya hasan].
حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ، عَنْ زَائِدَةَ، عَنْ مَنْصُورٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي مُجَاهِدٌ، وَسَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ، " أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ كَانَ لَا يَقْنُتُ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ "
Telah menceritakan kepada kami Husain bin ‘Aliy, dari Zaaidah, dari Manshuur, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Mujaahid dan Sa’iid bin Jubair : Bahwasannya Ibnu ‘Abbaas tidak melakukan qunut dalam shalat Shubuh [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/311 (5/28) no. 7068; sanadnya hasan].
6. Abud-Dardaa’ radliyallaahu ‘anhu.
حَدَّثَنِي نَصْرُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الأَوْدِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ بَشِيرٍ، عَنِ ابْنِ شُبْرُمَةَ، عَنْ عَلْقَمَةَ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، قَالَ: " لا قُنُوتَ فِي الْفَجْرِ "
Telah menceritakan kepadaku Nashr bin ‘Abdirrahmaan Al-Audiy, ia berkata : telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Basyiir, dari Ibnu Syubrumah, dari ‘Alqamah, dari Abud-Dardaa’ ia berkata : “Tidak ada qunut dalam shalat Shubuh” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabariy dalam Tahdziibul-Aatsaar no. 662; sanadnya hasan].
7. ‘Abdullah bin ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa.
عَنْ مَالِكٍ، عَنْ نَافِعٍ، " أَنَّ ابْنَ عُمَرَ، كَانَ لا يَقْنُتُ فِي الْفَجْرِ "
Dari Maalik, dari Naafi’ : Bahwasannya Ibnu ‘Umar tidak melakukan qunut dalam shalat Shubuh” [Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq 3/106 no. 4952; sanadnya shahih].
أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، أَخْبَرَنِي أَبُو الْحَسَنِ الْعَنَزِيُّ، ثنا عُثْمَانُ بْنُ سَعِيدٍ، ثنا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، ثنا هَمَّامٌ، عَنْ قتادة، عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، قَالَ: " صَلَّيْتُ مَعَ ابْنِ عُمَرَ صَلاةَ الصُّبْحِ، فَلَمْ يَقْنُتْ، فَقُلْتُ لابْنِ عُمَرَ: لا أَرَاكَ تَقْنُتُ، قَالَ: لا أَحْفَظُهُ عَنْ أَحَدٍ مِنْ أَصْحَابِنَا "
Telah mengkhabarkan kepada kami Abu ‘Abdillah Al-Haafidh : Telah mengkhabarkan kepadaku Abul-Hasan Al-’Anaziy : Telah menceritakan kepada kami ‘Utsmaan bin Sa’iid : Telah menceritakan kepada kami Muusaa bin Ismaa’iil : Telah menceritakan kepada kami Hammaam, dari Qataadah, dari Abu Mijlaz, ia berkata : Aku pernah shalat Shubuh bersama Ibnu ‘Umar, namun ia tidak melakukan qunut. Aku bertanya kepada Ibnu ‘Umar : ‘Aku tidak melihatmu melakukan qunut’. Ia menjawab : ‘Aku tidak menghapal dari salah seorang shahabat kami (tentang hal tersebut)” [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam Al-Kubraa, 2/213 (2/302) no. 3157; sanadnya shahih].
‘Abdullah bin ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa tidak mengetahui adanya pelaziman qunut Shubuh di jamannya. Padahal, ia termasuk salah seorang shahabat yang paling semangat dalam hal ittiba’ terhadap sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
8. ‘Abdullah bin Az-Zubair radliyallaahu ‘anhumaa.
حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ، عَنْ زَكَرِيَّا بْنِ إِسْحَاقَ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ، أَنَّ ابْنَ الزُّبَيْرِ صَلَّى بِهِمُ الصُّبْحَ فَلَمْ يَقْنُتْ "
Telah menceritakan kepada kami Rauh bin ‘Ubaadah, dari Zakariyyaa bin Ishaaq, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku ‘Amru bin Diinaar : Bahwasannya Ibnuz-Zubair pernah shalat Shubuh bersama mereka, dan tidak melakukan qunut [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/309 (5/23) no. 7044; sanadnya shahih].
9. Anas bin Maalik radliyallaahu ‘anhu.
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ، ثنا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخٍ، ثنا غَالِبُ بْنُ فَرْقَدٍ الطَّحَّانُ، قَالَ: " كُنْتُ عِنْدَ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ شَهْرَيْنِ، فَلَمْ يَقْنُتْ فِي صَلاةِ الْغَدَاةِ "
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdil-‘Aziiz : Telah menceritakan kepada kami Syaibaan bin Farruukh : Telah menceritakan kepada kami Ghaalib bin Farqad Ath-Thahhaan, ia berkata : “Aku pernah di sisi Anas bin Maalik selama dua bulan, dan ia tidak melakukan qunut dalam shalat Shubuh” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraaniy dalam Al-Kabiir 1/245 no. 693; sanadnya hasan].
Faedah : Riwayat ini menguatkan adanya kekeliruan riwayat Abu Ja’far Ar-Raaziy yang membawakan hadits Anas yang di dalamnya terdapat pernyataan bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam senantiasa melakukan qunut Shubuh hingga meninggal dunia. Seandainya memang hadits Abu Ja’far tersebut shahih, niscaya Anas akan senantiasa mencontoh beliau dan tidak meninggalkannya.
Anas sendiri telah menjelaskan bahwa qunut yang dilakukan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam hanyalah sebulan saja, lalu meninggalkannya.
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا هِشَامٌ الدَّسْتُوَائِيُّ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: " إِنَّمَا قَنَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ شَهْرًا بَعْدَ الرُّكُوعِ "
Telah menceritakan kepada kami Wakii’, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Hisyaam Ad-Dastuwaa’iy, dari Qataadah, dari Anas, ia berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam hanyalah melakukan qunut dalam shalat Shubuh selama sebulan saja setelah rukuk” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/310 (5/24-25) no. 7052; sanadnya shahih].
Yaitu, qunut naziilah mendoakan kejelekan terhadap Bani Ri’l dan Dzakwaan pasca peristiwa Bi’r Ma’uunah.
حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ مُعَاذٍ، عَنِ التَّيْمِيِّ، عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: إِنَّمَا قَنَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ شَهْرًا بَعْدَ الرِّكُوعِ يَدْعُو عَلَى رِعْلٍ وَذَكْوَانَ "
Telah menceritakan kepada kami Mu’aadz bin Mu’aadz, dari At-Taimiy, dari Abu Mijlaz, dari Anas, ia berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam hanyalah melakukan qunut dalam shalat Shubuh selama sebulan saja setelah rukuk, mendoakan kejelekan terhadap (Bani) Ri’l dan Dzakwaan” [idem 2/310 (5/25) no. 7053; sanadnya shahih].
Dari kalangan taabi’iin :
1. Saalim bin ‘Abdillah bin ‘Umar.
عَنِ ابْنِ عُيَيْنَةَ، عَنِ ابْنِ أَبِي نَجِيحٍ، قَالَ: سَأَلْتُ سَالِمَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ " هَلْ كَانَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ يَقْنُتُ فِي الصُّبْحِ؟ قَالَ: لا، إِنَّمَا هُوَ شَيْءٌ أَحْدَثَهُ النَّاسُ بَعْدُ "
Dari Ibnu ‘Uyainah, dari Ibnu Abi Najiih, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Saalim bin ‘Abdillah : “Apakah ‘Umar dulu melakukan qunut dalam shalat Shubuh ?”. Ia menjawab : “Tidak, hal itu hanyalah sesuatu yang diada-adakan manusia setelahnya” [Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq 3/108 no. 4955; sanadnya shahih hingga Saalim].
2. Sa’iid bin Jubair.
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا مِسْعَرٌ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ، قَالَ: " صَلَّيْتُ خَلْفَ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ الْفَجْرَ فَلَمْ يَقْنُتْ "
Telah menceritakan kepada kami Wakii, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Mis’ar, dari ‘Amru bin Murrah, ia berkata : “Aku pernah shalat Shubuh di belakang Sa’iid bin Jubair, dan ia tidak melakukan qunut” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/310 (5/27) no. 7060; sanadnya shahih].
حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُثَنَّى، قَالَ: حَدَّثَنِي عَبْدُ الصَّمَدِ، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي بِشْرٍ، قَالَ: " سَأَلْتُ سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنِ الْقُنُوتِ، فَقَالَ: بِدْعَةٌ "
Telah menceritakan kepada kami Ibnul-Mutsannaa, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku ‘Abdush-Shamad, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Abu Bisyr, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Sa’iid bin Jubair tentang qunut, lalu ia menjawab : ‘Bid’ah” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabariy dalam Tahdziibul-Aatsaar no. 692; sanadnya shahih].
3. Ibraahiim An-Nakha’iy.
عَنِ الْحَسَنِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ، وَسُلَيْمَانَ، قَالَا: كَانَ إِبْرَاهِيمُ لَا يَقْنُتُ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ وَهُوَ إِمَامٌ "
حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ، عَنْ زَائِدَةَ، عَنِ الْحَسَنِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ، وَسُلَيْمَانَ، قَالَا: كَانَ إِبْرَاهِيمُ لَا يَقْنُتُ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ وَهُوَ إِمَامٌ "
Telah menceritakan kepada kami Husain bin ‘Aliy, dari Zaaidah, dari Al-Hasan bin ‘Ubaidillah dan Sulaimaan, mereka berdua berkata : “Ibraahiim tidak melakukan qunut dalam shalat Shubuh sedangkan waktu itu ia berposisi sebagai imam” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/311 (5/28) no. 7067; sanadnya shahih].
4. Dan yang lainnya.
Wallaahu a’lam.
Semoga ada manfaatnya.
[anakmuslimtaat’ – perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor – 07031435/09012014 – 00:12].
[1] Ada riwayat ‘Umar bin Al-Khaththaab radliyallaahu ‘anhu yang lain dari jalan Ibraahiim yang menyatakan ‘Umar melakukan qunut pada waktu shalat Shubuh, akan tetapi kualitasnya dla’iif.
Al-Baihaqiy meriwayatkan dari Hammaad bin Abi Sulaimaan Al-Asy’ariy dari Ibraahiim, dari Al-Aswad, ia berkata :
وَأَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، أنبأ أَبُو بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ بَالَوَيْهِ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ بِشْرٍ الْمَرْتَدِيُّ، ثنا عَلِيُّ بْنُ الْجَعْدِ، أنبأ شُعْبَةُ، قَالَ: وَأَخْبَرَنِي الْحُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ الدَّارِمِيُّ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ هُوَ ابْنُ خُزَيْمَةَ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، ثنا شُعْبَةُ، عَنْ حَمَّادٍ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنِ الأَسْوَدِ، قَالَ: " صَلَّيْتُ خَلْفَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فِي السَّفَرِ، وَالْحَضَرِ فَمَا كَانَ يَقْنُتُ إِلا فِي صَلاةِ الْفَجْرِ "
Dan telah mengkhabarkan kepada kami Abu ‘Abdillah Al-Haafidh : Telah memveritakan Abu Bakr Muhammad bin Ahmad Baalawaih : telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Bisyr Al-Martadiy : telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Ja’d : Telah memberitakan Syu’bah, ia berkata : (ح). Dan telah mengkhabarkan kepadaku Al-Husain bin ‘Aliy Ad-Daarimiy : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ishaaq bin Khuzaimah : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyaar : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far : Telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Hammaad, dari Ibraahiim, dari Al-Aswad, ia berkata : “Aku pernah shalat di belakang ‘Umar bin Al-Khaththaab radliyallaahu ‘anhu pada waktu safar dan hadir (tidak safar), maka ia tidak melakukan qunut kecuali dalam shalat Shubuh” [As-Sunan Al-Kubraa, 2/203 (2/289)].
Riwayat ini syaadz, karena Hammaad dalam periwayatan dari Ibraahiim menyelisihi Manshuur dan Al-A’masy yang keduanya derajatnya jauh lebih tinggi dari Hammaad dalam ketsiqahan.
Apalagi Ath-Thabariy dalam Tahdziibul-Aatsaar no. 238 dan Ibnu Abi Khaitsamah dalam At-Taariikh no. 3859 dari jalan Hammaad, akan tetapi dengan lafadh :
صَلَّيْتُ مَعَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فِي السَّفَرِ وَفِي الْحَضَرِ مَا لا أُحْصِي، فَكَانَ لا يَقْنُتُ، يَعْنِي فِي الصُّبْحِ
“Aku sering shalat di belakang ‘Umar radliyallaahu ‘anhu pada waktu safar dan hadir (tidak safar), maka ia tidak melakukan qunut, yaitu dalam shalat Shubuh”.
Riwayat ini sama-sama berasal dari Hammaad, akan tetapi lafadhnya berlainan. Ini menunjukkan ketidak-dlabth-annya dalam membawakan riwayat Ibraahiim (An-Nakha’iy).
Hammaad bin Abi Sulaimaan Muslim Al-Asy’ariy, Abu Ismaa’iil Al-KuufiyAl-Faqiih; seorang yang faqiih lagi shaduuq, namun mempunyai beberapa keraguan. Termasuk thabaqahke-5, dan wafat tahun 120 H atau sebelumnya. Dipakai oleh Al-Bukhaariy dalam Al-Adabul-Mufrad, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 269 no. 1508].
Sulaimaan bin Mihraan Al-Asadiy Al-Kaahiliy – terkenal dengan nama Al-A’masy; seorang yang tsiqah, haafidh, lagi ‘aalimterhadap qira’aat, wara’, akan tetapi sering melakukan tadliis. Termasuk thabaqah ke-5, dan wafat tahun 147/148 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 414 no. 2630]. Mengenai tadlisinya, riwayatnya yang berasal dari Ibraahiim (An-Nakhaa’iy), Ibnu Abi Waail, dan Abu Shaalih, ‘an’anah-nya dihukumi muttashil[Miizaanul-I’tidaal, 2/224].
Manshuur bin Al-Mu’tamir bin ‘Abdillah bin Rabii’ah, Abu ‘Attaab Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah lagi tsabat. Termasuk thabaqah ke-5, wafat tahun 132 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 973 no. 6956].
Ada riwayat lain:
وَإِذَا ابْنُ مَرْزُوقٍ قَدْ حَدَّثَنَا، قَالَ: حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ عَبْدَةَ بْنِ أَبِي لُبَابَةَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبْزَى، عَنْ أَبِيهِ: " أَنَّ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَنَتَ فِي صَلاةِ الْغَدَاةِ قَبْلَ الرُّكُوعِ بِالسُّورَتَيْنِ "
Ibnu Marzuuq, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Wahb bin Jariir, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari ‘Abdah bin Abi Lubaabah, dari Sa’iid bin ‘Abdirrahmaan bin Abzaa, dari ayahnya : Bahwasannya ‘Umar radliyallaahu ‘anhu melakukan qunut dalam shalat Shubuh sebelum rukuk dengan dua surat” [Diriwayatkan oleh Ath-Thahawiy dalam Syarh Ma’aanil-Aatsaar 1/250 no. 1477; sanadnya shahih].
حَدَّثَنِي نَصْرُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الأَوْدِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ يَعْنِي ابْنَ أَبِي سَاسَانَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ قَيْسٍ الأَسَدِيِّ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ سُوَيْدِ بْنِ غَفَلَةَ، قَالَ: " صَلَّيْتُ خَلْفَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ الْفَجْرَ فَقَنَتَ "
Telah menceritakan kepadaku Nashr bin ‘Abdirrahmaan Al-Asadiy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Husyaim bin Abi Saasaan, dari Muhammad bin Qais Al-Asadiy, dari Asy-Sya’biy, dari Suwaid bin Ghafalah, ia berkata : “Aku pernah shalat Shubuh di belakang ‘Umar bin Al-Khaththaab, dan ia melakukan qunut” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabariy dalam Tahdziibul-Aatsaar no. 605; sanadnya hasan].
وَقَدْ أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، وَأَبُو سَعِيدِ بْنُ أَبِي عَمْرٍو، قَالا: ثنا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، ثنا أُسَيْدُ بْنُ عَاصِمٍ، ثنا سَعِيدُ بْنُ عَامِرٍ، ثنا عَوْفٌ، عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ، قَالَ: " صَلَّيْتُ خَلْفَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ سِتَّ سِنِينَ، فَكَانَ يَقْنُتُ "
Dan telah mengkhabarkan kepada kami Abu ‘Abdillah Al-Haafidh dan Abu Sa’iid bin Abi ‘Amru, mereka berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami Abul-‘Abbaas Muhammad bin Ya’quub : telah menceritakan kepada kami Usaid bin ‘Aashim : Telah menceritakan kepada kami Sa’iid bin ‘Aamir : Telah menceritakan kepada kami ‘Auf, dari Abu ‘Utsmaan An-Nahdiy, ia berkata : “Aku pernah shalat di belakang ‘Umar radliyallaahu ‘anhu selama enam tahun, dan ia melakukan qunut” [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam Al-Kubraa 2/204 (2/290) no. 3114; sanadnya shahih].
Riwayat-riwayat ini kelihatan kontradiktif dengan riwayat sebelumnya. Ada riwayat lain yang menjelaskan :
فَإِذَا يَزِيدُ بْنُ سِنَانٍ قَدْ حَدَّثَنَا، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا مِسْعَرُ بْنُ كِدَامٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ مَيْسَرَةَ، عَنْ زَيْدِ بْنِ وَهْبٍ، قَالَ: " رُبَّمَا قَنَتَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ".
Telah menceritakan kepada kami Yaziid bin Sinaan, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Sa’iid (Al-Qaththaan), ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Mis’ar bin Kidaam, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku ‘Abdul-Malik bin Maisarah, dari Zaid bin Wahb, ia berkata : “’Umar radliyallaahu ‘anhu kadang-kadang melakukan qunut” [Diriwayatkan oleh Ath-Thahawiy dalam Syarh Ma’aanil-Aatsaar 1/251 no. 1490; sanadnya shahih].
Artinya, ‘Umar kadang melakukan qunut, kadang pula meninggalkannya sehingga beberapa riwayat ‘Umar tersebut dapat dijamak. Akan tapi, qunut apakah yang dilakukan ‘Umar ?. Berikut jawabannya :
حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُثَنَّى، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي مَيْمُونَةَ، عَنْ أَبِي رَافِعٍ، أَنَّهُ قَنَتَ مَعَ عُمَرَ فِي صَلاةِ الصُّبْحِ بَعْدَ الرُّكُوعِ، يَدْعُو عَلَى الْفَجَرَةِ
Telah menceritakan kepada kami Ibnul-Mutsannaa, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari ‘Athaa’ bin Abi Maimuunah, dari Abu Raafi’ : Bahwasannya ia pernah melakukan qunut bersama ‘Umar dalam shalat Shubuh setelah rukuk untuk mendoakan kejelekan (kekalahan) bagi orang-orang yang durhaka” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabariy dalam Tahdziibul-Aatsaar no. 586; sanadnya shahih].
فَإِذَا ابْنُ أَبِي عِمْرَانَ قَدْ حَدَّثَنَا، قَالَ: حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ سُلَيْمَانَ الْوَاسِطِيُّ، عَنْ أَبِي شِهَابٍ الْحَنَّاطِ، عَنْ أَبِي حَنِيفَةَ، عَنْ حَمَّادٍ رَحِمَهُمَا اللَّهُ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنِ الأَسْوَدِ، قَالَ: " كَانَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إِذَا حَارَبَ قَنَتَ، وَإِذَا لَمْ يُحَارِبْ لَمْ يَقْنُتْ "
Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi ‘Imraan, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Sa’iid bin Sulaimaan Al-Waasithiy, dari Abu Syihaab Al-Hanaath, dari Abu Haniifah, dari Hammaad rahimahumallah, dari Ibraahiim, dari Al-Aswad, ia berkata : “Dulu ‘Umar radliyallaahu ‘anhu apabila sedang berperang, ia melakukan qunut. Namun apabila ia tidak sedang berperang, ia tidak melakukan qunut” [Diriwayatkan oleh Ath-Thahawiy dalam Syarh Ma’aanil-Aatsaar 1/251 no. 1491; sanadnya lemah karena faktor Abu Haniifah].
Meskipun sanad riwayat kedua lemah, akan tetapi semakna dengan riwayat pertama.
Jadi, qunut ‘Umar bin Al-Khaththaab radliyallaahu ‘anhu adalah qunut naziilah.
[2] Yaitu saat terjadi fitnah peperangan antara ‘Aliy dan Mu’aawiyyah atau Khawaarij, wallaahu a’lam.
[3] Bahasan riwayat Asy-Sya’biy dari ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu, silakan baca : Penyimakan Hadits Asy-Sya’biy dari ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu.
[4] ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu tidak hanya qunut di waktu shalat Shubuh, akan tetapi juga shalat Maghrib dan bahkan disemua waktu shalat :
وَأَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، أنبأ أَبُو عَمْرِو بْنُ مَطَرٍ، ثنا يَحْيَى بْنُ مُحَمَّدٍ، ثنا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ، ثنا أَبِي، ثنا شُعْبَةُ، عَنْ عُبَيْدِ بْنِ الْحَسَنِ، سَمِعَ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ مَعْقِلٍ، يَقُولُ: " شَهِدْتُ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقْنُتُ فِي صَلاةِ الْعَتَمَةِ، أَوْ قَالَ: الْمَغْرِبِ بَعْدَ الرُّكُوعِ، وَيَدْعُو فِي قُنُوتِهِ عَلَى خَمْسَةٍ وَسَمَّاهُمْ "
Dan telah mengkhabarkan kepada kami Abu ‘Abdillah Al-Haafidh : Telah memberitakan Abu ‘Amru bin Mathar : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Muhammad : Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin Mu’aadz : Telah menceritakan kepadaku dari ayahku : Telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari ‘Ubaid bin Al-Hasan, ia mendengar ‘Abdurrahmaan bin Ma’qil berkata : “Aku menyaksikan ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu melakukan qunut dalam shalat ‘Atamah– atau ia berkata : Maghrib – setelah rukuk, dengan berdoa dalam qunutnya atas lima orang dan ia menyebutkannya” [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam Al-Kubraa2/245 (2/347) no. 3325; sanadnya shahih. Diriwayatkan juga oleh Asy-Syaafi’iy dalam Al-Umm 7/182 dari jalan Salamah bin Kuhail dari Ibnu Ma’qil].
حَدَّثَنِي عَلِيُّ بْنُ سَعِيدٍ الْكِنْدِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ بَشِيرٍ، عَنِ ابْنِ شُبْرُمَةَ، قَالَ: " سَأَلْتُ الشَّعْبِيَّ عَنِ الْقُنُوتِ فِي الْفَجْرِ، فَقَالَ: كُلُّ صَلاةٍ يَقْنُتُ فِيهَا "، قُلْتُ: " قَدْ عَرَفْتُ مَا أَرَدْتَ، كَانَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقْنُتُ يَدْعُو عَلَى عَدُوِّهِ "، فَقَالَ: مَا قَنَتَ حَتَّى دَعَا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ
Telah menceritakan kepadaku ‘Aliy bin Sa’iid Al-Kindiy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Basyiir, dari Ibnu Syubrumah, ia berkata : “Aku pernah bertanya kepada Asy-Sya’biy tentang qunut dalam shalat Shubuh, lalu ia berkata : ‘Qunut dilakukan di semua shalat (tidak hanya shalat Shubuh saja – anakmuslimtaat’)’. Aku berkata : ‘Sungguh aku mengetahui apa yang engkau maksudkan. Dulu ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu melakukan qunut mendoakan kekalahan bagi musuhnya’. Ia (Asy-Sya’biy) berkata : ‘Ia tidak melakukan qunut hingga sebagian mereka mendoakan kejelekan/kekalahan terhadap sebagian lainnya” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabariy dalam Tahdziibul-Aatsaar no. 694; sanadnya hasan].
Artinya, qunut yang dilakukan ‘Aliy adalah qunut nazilah.