Pertanyaan : “Orang Syi’ah mengatakan bahwa yang dijanjikan ampunan dan pahalan yang besar (surga) dalam QS. Al-Fath ayat 29 hanyalah sebagian shahabat saja, karena Allah memakai kata ‘minhum’ yang bermakna ‘sebagian’. Benarkah perkataan ini ?”.
Jawab : Terima kasih atas pertanyaannya. Allah ta’ala berfirman:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْمَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih ‘dari mereka’ ampunan dan pahala yang besar” [QS. Al-Fath : 29].
Kata ‘min’ dalam kalimat ‘wa’adallahul-ladziina aamanuu wa ‘amilush-shaalihaati minhum maghfiratan wa ajran ‘adhiiman’ maknanya bukanlah ‘tab’iidl’ (yang menunjukkan sebagian). Para ulama telah menjelaskan bahwa kata ‘min’ di situ maknanya ada dua, yaitu :
1. Min jinsihim wa amtsalihim (min yang menunjukkan dari jenisnya dan yang semisalnya), sebagaimana firman Allah ta’ala :
ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَأُحِلَّتْ لَكُمُ الأنْعَامُ إِلا مَا يُتْلَى عَلَيْكُمْ فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الأوْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta” [QS. Al-Hajj : 30].
Min dalam ayat di atas bukanlah tab’iidliyyah sehingga bermakna ‘hanya sebagian berhala saja yang dijauhi’. Akan tetapi maknanya adalah ‘min jinsihim wa amtsalihim’ sehingga yang diperintahkan untuk dijauhi adalah kenajisan dari semua macam jenis berhala.
2. Min muakkidah (min yang menunjukkan makna penekanan), sebagaimana firman Allah ta’ala:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلا خَسَارًا
“Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian” [QS. Al-Israa’ : 82].
Min dalam ayat itu maknanya bukan ‘sebagian’, sehingga hanya ‘sebagian’ Al-Qur’an saja yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang beriman. Akan tetapi min di situ menunjukkan penekanan bahwa Al-Qur’an keseluruhannya menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang beriman.
Inilah yang dijelaskan para ulama[1]saat membahas QS. Al-Fath ayat 29.
Selain itu, dapat kita lihat bahwa konteks QS. Al-Fath ayat 29 secara keseluruhan membicarakan tentang pujian dengan sifat:
a. keras terhadap orang-orang kafir;
b. berkasih sayang sesama mereka;
c. rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya;
d. tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.
Sifat-sifat ini adalah sifat yang dimiliki oleh orang-orang yang bersama Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang disebutkan di awal ayat:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ....
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka……”.
Sangat aneh jika kemudian minhum yang ada di akhir ayat dimaknai tab’iidliyyah.
Kesimpulan : Perkataan orang Syi’ah itu salah.
Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
[anakmuslimtaat’ – perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor – 09031435/11012014 – 00:15 – baca juga artikel : Mencela Shahabat].
[1] Ibnu Katsiir rahimahullah berkata :
"من" هذه لبيان الجنس
“’Min’ dalam ayat ini adalah untuk menjelaskan jenisnya (li-bayaanil-jins)” [Tafsiir Al-Qur’aanil-‘Adhiim, 7/363].
Al-Qurthubiy rahimahullah berkata :
وليست {من} في قوله: {منهم} مبعضة لقوم من الصحابة دون قوم، ولكنها عامة مجنسة، مثل قوله تعالى: {فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثَانِ} [الحج: 30]
“Min’ dalam firman-Nya ‘minhum’ bukanlah untuk menunjukkan sebagian orang dari kalangan shahabat dan tidak sebagian yang lain. Akan tetapi min di situ adalah menunjukkan umum untuk jenisnya, seperti firman-Nya ta’ala : ‘maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu’ (QS. Al-Hajj : 30)” [Jaami’ li-Ahkaamil-Qur’aan, 16/295-296].