Benarkah ?. Memang benar !. (Orang Syi’ah) tidak percaya ? Ini buktinya :
حَدَّثَنَا شَبَابَةُ، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ إيَاسٍ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ مَاهِكٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ حَاطِبٍ، قَالَ: سَمِعْتُ عَلِيًّا يَخْطُبُ يَقُولُ: "إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ، قَالَ: عُثْمَانُ مِنْهُمْ "
Telah menceritakan kepada kami Syabaabah, ia berkata : Telah menceritakan kepada Syu’bah, dari Ja’far bin Iyaas, dari Yuusuf bin Maahik, dari Muhammad bin Haathib, ia berkata : Aku mendengar ‘Aliy berkhutbah dan berkata : “(Allah berfirman) : ‘Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka’ (QS. Al-Anbiyaa’ : 101)”. ‘Aliy berkata : “’Utsmaan termasuk di antara mereka” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah no. 32588].
Dari jalan Ibnu Abi Syaibah tersebut, diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi ‘Aashim[1]dalam As-Sunnah no. 1216. Dhahir sanad riwayat ini shahih dan para perawinya tsiqaat. Berikut keterangan singkat perawinya :
1. Syabaabah bin Sawwaar Al-Fazaariy, Abu ‘Amru Al-Madaniy; seorang yang tsiqahlagi haafidh. Termasuk thabaqah ke-9, dan wafat tahun 204 H/205 H/206 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal.439 no. 2748].
2. Syu’bah bin Al-Hajjaaj bin Al-Ward Al-‘Atakiy Al-Azdi, Abu Busthaam Al-Waasithiy; seorang yang tsiqah, haafidh, mutqin, dan disebut Ats-Tsauriy sebagai amiirul-mukminiin fil-hadiits. Termasuk thabaqah ke-7, wafat tahun 160 H di Bashrah. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 436 no. 2805].
3. Ja’far bin Iyaas Abi Wahsyiyyah Al-Yasykuriy, Abu Bisyr Al-Waasithiy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-5, wafat tahun 125/126 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 198 no. 938].
4. Yuusuf bin Maahik bin Buhzaad Al-Faarisiy Al-Makkiy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-3 dan wafat tahun 103 H/106 H/110 H/113 H/114 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1095 no. 7935].
5. Muhammad bin Haathib bin Al-Haarits bin Ma’mar Al-Qurasyiy Al-Jumahiy, Abul-Qaasim/Abu Ibraahiim/Abu Wahb Al-Kuufiy; salah seorang shahabat yang mulia. Termasuk thabaqah ke-1, dan wafat tahun 74 H di Makkah atau di Kuufah. Dipakai oleh At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 835 no. 5837].
6. ‘Aliy bin Abi Thaalib bin ‘Abdil-Muthallib bin Haasyim Al-Qurasyiy, Abul-Hasan Al-Haasyimiy; salah seorang shahabat besar, amiirul-mukminiin. Termasuk thabaqah ke-1, dan wafat tahun 40 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 698 no. 4787].
Syabaabah dalam periwayatan dari Syu’bah diselisihi oleh Ath-Thayaalisiy (diriwayatkan oleh Ath-Thahawiy[2]dalam Syarh Musykiilil-Aatsaar no. 989), Muhammad bin Ja’far (diriwayatkan oleh Ath-Thabariy[3]dalam Jaami’ul-Bayaan 18/538), dan Yahyaa bin Sa’iid Al-Qaththaan (diriwayatkan oleh Ahmad[4]dalam Fadlaailush-Shahaabah no. 771) dimana mereka menyebutkan syaikh (guru) dari Ja’far Abu Bisyr adalah Yuusuf bin Sa’d (bukan Yuusuf bin Maahik).
Yuusuf bin Sa’d Al-Jumahiy, Abu Ya’quub/Abu Sa’d Al-Bashriy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-3. Dipakai oleh At-Tirmidziy dan An-Nasaa’iy [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1094 no. 7921].
Dalam riwayat Ath-Thahawiy disebutkan dengan lafadh perkataan ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu :
نَزَلَتْ فِي عُثْمَانَ، وَأَصْحَابِهِ، أَوْ قَالَ: عُثْمَانُ مِنْهُمْ
“(Ayat tersebut) turun berkenaan dengan ‘Utsmaan dan shahabat-shahabatnya” – atau ia berkata : “’Utsmaan termasuk di antara mereka”.
Ath-Thayaalisiy[5], Muhammad bin Ja’far (Ghundar)[6], dan Yahyaa bin Sa’iid Al-Qaththaan[7]adalah tiga orang pembesar ashhaab Syu’bah bin Al-Hajjaaj. Salah satu saja di antara mereka lebih dikedepankan dalam riwayat Syu’bah dibandingkan Syabaabah. Lantas, bagaimana halnya jika ketiganya berkumpul ?. Oleh karena itu, yang mahfuudh adalah riwayat yang menyebutkan Yuusuf bin Sa’d (bukan Yuusuf bin Maahik).
Diriwayatkan juga oleh Al-Baladzuriy[8]dalam Al-Ansaab, 6/111 :
وَحَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ عَاصِمٍ، عَنْ جَعْفَرَ بْنِ أَبِي وَحْشِيَّةَ أَبِي بِشْرٍ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ سَعِيدٍ مَوْلَى حَاطِبٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ حَاطِبٍ، وَكَانَ قَدِمَ الْبَصْرَةَ مَعَ عَلِيٍّ، أَنَّ عَلِيًّا ذَكَرَ عُثْمَانَ، فَقَالَ وَمَعَهُ عُودٌ يَنْكُتُ بِهِ: "إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ " أُولَئِكَ عُثْمَانُ وَأَصْحَابُ عُثْمَانَ
Dan telah menceritakan kepadaku ‘Amru bin Naaqid, dari ‘Amru bin ‘Aashim, dari Ja’far bin Abi Wahsyiyyah, dari Yuusuf bin Sa’iid maulaa Haathib[9], dari Muhammad bin Haathib : Bahwasannya ia pernah tiba di negeri Bashrah bersama ‘Aliy. Ketika itu ‘Aliy menyebutkan tentang ‘Utsmaan, lalu ia berkata – yang ketika itu ia memegang sebilah dahan - : “Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka’ (QS. Al-Anbiyaa’ : 101). Mereka itu adalah ‘Utsmaan dan shahabat-shahabatnya”.
Sanad riwayat ini lemah karena keterputusan antara ‘Amru bin ‘Aashim dan Abu Bisyr. Kemungkinan perantara yang gugur antara keduanya adalah Syu’bah, karena ‘Amru bin ‘Aashim termasuk diantara ashhaab Syu’bah [Ma’rifatu Ashhaabi Syu’bah, hal. 127].
Berikut keterangan para perawi riwayat di atas :
1. ‘Amru bin Muhammad bin Bukair bin Saabuur An-Naaqid, Abu ‘Utsmaan Al-Baghdaadiy; seorang yang tsiqah lagi haafidh, namun ragu dalam hadits. Termasuk thabaqah ke-10 dan wafat tahun 232 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, dan An-Nasaa’iy [Taqriibut-Tahdziib, hal 744 no. 5141].
2. ‘Amru bin ‘Aashim bin ‘Ubaidillah bin Al-Waazi’ Al-Kilaabiy Al-Qaisiy, Abu ‘Utsmaan Al-Bashriy; seorang yang shaduuq. Termasuk thabaqah ke-9 dan wafat tahun 213 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziibhal. 738 no. 5090, Tahriirut-Taqriib 3/97 no. 5055, dan Kasyful-Iihaamhal. 499-500 no. 415].
Syu’bah mempunyai mutaba’ah dari Abu ‘Awaanah sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Aajurriy dalam Asy-Syarii’ah 3/159-160 no. 1507 :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي دَاوُدَ، قَالَ: حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ حَبِيبٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ يَعْنِي الطَّيَالِسِيَّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنْ أَبِي بِشْرٍ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ سَعْدٍ، قَالَ: قَدِمَ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ الْبَصْرَةَ قَالَ: فَحَدَّثَنِي، قَالَ: شَهِدْتُ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَهُوَ عَلَى سَرِيرٍ، وَعِنْدَهُ عَمَّارُ بْنُ يَاسِرٍ، وَزَيْدُ بْنُ صُوحَانَ، وَصَعْصَعَةُ، فَذُكِرَ عُثْمَانُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: وَعَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَنْكُتُ فِي الأَرْضِ بِعُودٍ مَعَهُ، فَقَرَأَ: إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ قَالَ: نَزَلَتْ فِي عُثْمَانَ، فَقُلْتُ لِمُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ: أَرْوِي هَذَا عَنْكَ؟ قَالَ: نَعَمْ "
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Daawud, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Yuunus bin Habiib, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu Daawud Ath-Thayaalisiy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awaanah, dari Abu Bisyr, dari Yuusuf bin Sa’d, ia berkata : Muhammad bin ‘Aliy tiba di negeri Bashrah, lalu ia menceritakan kepadaku, dan berkata : Aku pernah menyaksikan ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu di atas dipan, dan di sampingnya ada ‘Ammaar bin Yaasir, Zaid bin Shuuhaan, dan Sha’sha’ah. Lalu disebutkan perihal ‘Utsmaan radliyallaahu ‘anhu. Lalu ‘Aliy berkata membaca ayat – ketika itu ia memukulkan sebilah dahan ke tanah – : “Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka’ (QS. Al-Anbiyaa’ : 101)”. Ia lalu berkata : “Ayat tersebut turun berkenaan dengan ‘Utsmaan”. Aku (Yuusuf bin Sa’d) berkata kepada Muhammad : “Bolehkan aku meriwayatkan hal ini darimu ?”. ia menjawab : “Ya, boleh”.
Sanad riwayat ini shahih, semua perawinya tsiqaat :
1. Abu Bakr bin Abi Daawud adalah : ‘Abdullah bin Sulaimaan bin Al-Asy’ats As-Sijistaaniy, Abu Bakr bin Abi Daawud; seorang yang tsiqah lagi haafidh. Lahir tahun 230 H dan wafat tahun 316 H [selengkapnya baca : Lisaanul-Miizaan, 4/490-495 no. 4266].
2. Yuunus bin Habiib bin ‘Abdil-Qaahir bin ‘Abdil-‘Aziiz bin ‘Umar bin Qais, Abu Bisyr Al-Ashbahaaniy; seorang yang tsiqah. Wafat tahun 267 H [Al-Jarh wat-Ta’diil 9/237-238 no. 1000 dan Rijaalul-Haakim hal. 399 no. 1777].
3. Abu Daawud Ath-Thayaalisiy, lihat catatan kaki no. 5.
4. Al-Wadldlaah bin ‘Abdillah Al-Yasykuuriy, Abu ‘Awaanah Al-Waasithiy Al-Bazzaaz; seorang yang tsiqah lagi tsabat. Termasuk thabaqah ke-7, wafat tahun 175/176 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1036 no. 7457].
5. Abu Bisyr, telah lewat keterangannya.
6. Yuusuf bin Sa’d, telah lewat keterangannya.
7. Muhammad bin ‘Aliy bin Abi Thaalib Al-Qurasyiy Al-Haasyimiy, Abul-Qaasim/Abu ‘Abdillah – terkenal dengan nama : Ibnul-Hanafiyyah – Al-Madaniy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-2, dan wafat tahun 73 H/80 H/81 H/82 H/92 H/93 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 880 no. 6197].
Penyebutan Muhammad bin ‘Aliy di sini keliru karena menyelisihi riwayat jama’ah, karena yang benar adalah Muhammad bin Haathib. Lafadh Al-Aajurriy ini mirip dengan lafadh Al-Balaadzuriy.
Diriwayatkan juga Al-Mahaamiliy[10]dalam Al-Amaaliy no. 195 dengan menggugurkan Yuusuf bin Sa’d antara Abu Bisyr dan Muhammad bin Haathib. Semua perawinya tsiqaat.
Diriwayatkan juga oleh Abu Ishaaq[11]dalam Al-Amaaliy no. 110 dengan menyebutkan nama syaikh (guru) dari Abu Bisyr adalah : Yuusuf Al-Makkiy. Yang benar adalah Yuusuf bin Sa’d Al-Jumahiy sebagaimana riwayat jama’ah.
Walhasil, riwayat ini shahih.
Di kesempatan lain, Muhammad bin Haathib juga pernah bertanya kepada ‘Aliy :
سَأَلْتُ عَلِيًّا عَنْ عُثْمَانَ، فَقَالَ: " هُوَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا ثُمَّ اتَّقَوْا ثُمَّ آمَنُوا ثُمَّ اتَّقَوْا "، وَلَمْ يَخْتِمِ الآيَةَ
Aku pernah bertanya kepada ‘Aliy tentang ‘Utsmaan, lalu ia menjawab : “Ia termasuk orang-orang yang beriman, lalu bertaqwa, lalu beriman, lalu bertaqwa” – ia tidak menyelesaikan (pembacaan) ayat[12][Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Fadlaailush-Shahaabah[13]no. 770; sanadnya shahih].
Perkataan ‘Aliy bin Abi Thaalib tentang diri ‘Utsmaan bin ‘Affaan radliyallaahu ‘anhumaaadalah benar, karena Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :
عُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ
“’Utsmaan ada di surga” [hadits shahih].
‘Utsmaan bin ‘Affaan radliyallaahu ‘anhu termasuk golongan orang yang pertama kali masuk Islam yang mengorbankan harta dan jiwanya membela Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Allah ta’ala berfirman tentang mereka :
وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” [QS. At-Taubah : 100].
Sumpah serapah dan caci maki kebencian orang-orang Syi’ah Raafidlah tentang diri ‘Utsmaan radliyallaahu ‘anhu tidaklah berbekas kecuali pada diri mereka sendiri.
Anda, Pembaca, menjadi semakin tahu, siapakah sebenarnya syi’ah (pembela) ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu : kita atau mereka ?. Siapakah yang beragama sesuai dengan agama ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu : kita atau mereka ?.
Wallaahul-musta’aan.
[anakmuslimtaat’ – perum ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor – 27041434/09032013 – 02:54].
[1] Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ، حَدَّثَنَا شَبَابَةُ، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ إِيَاسٍ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ مَاهَكٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ حَاطِبٍ، قَالَ: سَمِعْتُ عَلِيًّا يَخْطُبُ، يَقُولُ: " إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ، عُثْمَانُ مِنْهُمْ "
[2] Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا بَكَّارُ بْنُ قُتَيْبَةَ، وَيَزِيدُ بْنُ سِنَانٍ، قَالا: حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي بِشْرٍ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ حَاطِبٍ، قَالَ: سَمِعْتُ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَخْطُبُ، وَتَلا هَذِهِ الآيَةَ: " إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى، قَالَ: نَزَلَتْ فِي عُثْمَانَ، وَأَصْحَابِهِ، أَوْ قَالَ: عُثْمَانُ مِنْهُمْ.
[3] Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، قَالَ: ثنا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، قَالَ: ثنا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي بِشْرٍ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ سَعْدٍ، وَلَيْسَ بِابْنِ مَاهِكَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ حَاطِبٍ، قَالَ: سَمِعْتُ عَلِيًّا يَخْطُبُ، فَقَرَأَ هَذِهِ الآيَةَ: "إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ، قَالَ: عُثْمَانُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ مِنْهُمْ "،
[4] Riwayatnya adalah :
نَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ شُعْبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو بِشْرٍ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ حَاطِبٍ، قَالَ: سَمِعْتُ عَلِيًّا يَقُولُ: يَعْنِي إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى: مِنْهُمْ عُثْمَانُ
[5] Sulaimaan bin Daawud bin Al-Jaarud, Abu Daawud Ath-Thayaalisiy Al-Bashriy Al-Haafidh; seorang yang tsiqah lagi haafidh, namun keliru dalam beberapa hadits. Termasuk thabaqah ke-9 dan wafat tahun 204 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy secara mu’allaq, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 406 no. 2565].
Ibnu Hajar rahimahullah berkata : “Abu Daawud Ath-Thayaalisiy dan Muhammad bin Ja’far (Ghundar) termasuk orang yang paling tsabt di kalangan ashhaab Syu’bah” [Fathul-Baariy, 2/227].
[6] Muhammad bin Ja’far Al-Hudzaliy, Abu ‘Abdillah Al-Bashriy – terkenal dengan nama Ghundar; seorang yang tsiqah shahiihul-kitaab, namun padanya ada kelalaian. Termasuk thabaqah ke-9, wafat tahun 293/294 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 833 no. 5824].
Al-‘Ijliy berkata bahwa ia orang yang paling tsabt dalam hadits Syu’bah [Ma’rifatuts-Tsiqaat, 2/234]. Ibnul-Mubaarak mengatakan jika orang-orang berselisih dalam hadits Syu’bah, maka kitab Ghundar menjadi pemutus di antara mereka [Al-Jarh wat-Ta’diil, 1/271]. Hal yang sama dikatakan oleh Al-Fallaas [Syarh ‘Ilal At-Tirmidziy, 2/274].
[7] Yahyaa bin Sa’iid bin Farruukh Al-Qaththaan At-Tamiimiy; seorang yang tsiqah,mutqin, haafidh, imaam, lagi qudwah. Termasuk thabaqah ke-9, dan wafat tahun 198 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1055-1056 no. 7607].
Al-Maimuuniy berkata : Aku pernah bertanya kepada Abu ‘Abdillah (Al-Imaam Ahmad) tentang siapakah yang dikedepankan di antara ashhaab Syu’bah ?. Ia menjawab : “Adapaun dalam segi jumlah dan banyaknya, maka Ghundar. Ia (Ghundar) berkata : ‘Aku bershahabat dengan Syu’bah selama 20 tahun’. Akan tetapi Yahyaa bin Sa’iid lebih tsabt (kokoh). Ghundar itu shahiihul-kitaab....” [Al-Ma’rifah wat-Taariikh, 2/202].
[8] Riwayatnya adalah :
وَحَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ عَاصِمٍ، عَنْ جَعْفَرَ بْنِ أَبِي وَحْشِيَّةَ أَبِي بِشْرٍ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ سَعِيدٍ مَوْلَى حَاطِبٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ حَاطِبٍ، وَكَانَ قَدِمَ الْبَصْرَةَ مَعَ عَلِيٍّ، أَنَّ عَلِيًّا ذَكَرَ عُثْمَانَ، فَقَالَ وَمَعَهُ عُودٌ يَنْكُتُ بِهِ: "إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ " أُولَئِكَ عُثْمَانُ وَأَصْحَابُ عُثْمَانَ
[9] Begitulah yang tertulis dalam naskah kitab. Yang benar : Yuusuf bin Sa’d.
[10] Riwayatnya adalah :
ثنا أَبُو السَّائِبِ، قَالَ: ثنا ابْنُ إِدْرِيسَ، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ أَبِي بِشْرٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ حَاطِبٍ، عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: " عُثْمَانُ مِنْهُمْ، مِنَ الَّذِينَ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى:ف إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَق "
[11] Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الأَشَجُّ، ثنا ابْنُ إِدْرِيسَ، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ أَبِي بِشْرٍ، عَنْ يُوسُفَ الْمَكِّيِّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ حَاطِبٍ، قَالَ: سَمِعْتُ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ، يَقُولُ فِي قَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ: إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ، قَالَ: " عُثْمَانُ وَأَصْحَابُهُ "
[12] QS. Al-Maaidah : 93 (selengkapnya) :
لَيْسَ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جُنَاحٌ فِيمَا طَعِمُوا إِذَا مَا اتَّقَوْا وَآمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ ثُمَّ اتَّقَوْا وَآمَنُوا ثُمَّ اتَّقَوْا وَأَحْسَنُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang shalih karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.
[13] Riwayatnya adalah :
قثنا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، نا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي عَوْنٍ، قَالَ: سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ حَاطِبٍ، قَالَ: سَأَلْتُ عَلِيًّا عَنْ عُثْمَانَ، فَقَالَ: " هُوَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا ثُمَّ اتَّقَوْا ثُمَّ آمَنُوا ثُمَّ اتَّقَوْا "، وَلَمْ يَخْتِمِ الآيَةَ